MANDAU Hash House Harriers - Kinabalu Expedition (17 - 24 May 2008)

 

PENDAHULUAN

Gunung Kinabalu yang berlokasi di P Kalimantan bagian utara, yang secara administrasi masuk wilayah Negara bagian Sabah Malaysia, adalah merupakan gunung tertinggi di antara gunung2 yang terletak di antara Himalaya dan Pegunungan Jayawijaya, dengan ketinggian 4,095.2 meter ( 13,435 kaki). Jadi sama sekali bukan merupakan gunung tertinggi di Asia Tenggara sebagaimana disebutkan dalam beberapa publikasi.

Gunung ini dikelilingi oleh Taman Kinabalu yang merupakan warisan dunia yang pertama di Malaysia yang ditetapkan oleh Unesco pada bulan Desember 2000 sebagai kawasan biologi yang penting.Taman Kinabalu ini luasnya adalah 754 kilometer persegi, lebih luas dari pulau Singapore. Taman Kinabalu ini dapat dicapai dengan kendaraan dalam waktu 2 jam dari kota Kinabalu. HQ atau kantor utama taman Kinabalu Timpohon terletak pada batas selatan taman ini, dengan elevasi 1,563 meter (5,000 kaki). Di lokasi ini terdapat bungalow / hotel, restoran, ruang pameran. Disini juga terletak kantor Sutera Sanctuary Lodge dimana pengunjung dan pendaki melakukan pendaftaran.

 

 

Di halaman kantor Sutera Sanctuary Lodge, HQ Taman Kinabalu di Timpohon

 

Rombongan pendaki Mandau Hash dengan latar belakang Gn Kinabalu

(Lokasi: Timpohon gate)

 


Mengenai route pendakian, ada 2 pilihan untuk yaitu start dari Timpohon gate atau dari Mesilau gate. Peta di atas memperlihatkan 2 jalur tersebut. Kedua jalur ini bertemu di dekat pondok Layang Layang, yang terletak 4 kilometer dari gerbang Timpohon. Elevasi gerbang Timpohon sendiri adalah 1866.4 meter. Sepanjang Peak Trail, yaitu sebutan untuk trail yang berawal dari Timpohon gate ini hingga ke puncak terdapat beberapa shelter atau pondok perhentian. Pondok Layang2 dari gerbang Timpohon ini akan ditempuh dalam waktu 2 – 3 jam, sedangkan dengan rute Mesilau, yang bermula dari Mesilau gate, maka pondok Layang Layang akan dicapai dalam waktu yang lebih lama, sekitar 5 – 6 jam.

Bagi yang berencana menginap 1 malam sebelum summit attack, maka perjalanan hari pertama akan berakhir di lokasi dimana terdapat bangunan2 akomodasi, yaitu Waras Hut, Laban Rata, Panar Laban, atau Gunting Lagadan Hut. Bangunan2 ini dilengkapi dengan fasilitas air, listrik, restoran, kamar mandi indoor, heater dan toilet.

Dalam publikasi resmi, disebutkan bahwa ada 2 pilihan dalam mendaki gunung Kinabalu, yaitu 3 hari 2 malam (paket 3D2N), dan 2 hari 1 malam (paket 2D1N). Namun dari pengamatan di lapangan, ada opsi ketiga yang bisa dipilih, yaitu pendakian 1 hari, yang berarti pagi hari mulai naik dari Kinabalu park HQ, terus sampai puncak, dan turun kembali pada hari yang sama ke Kinabalu park HQ. Opsi ketiga ini dipilih khususnya bagi mereka yang memang hanya punya waktu 1 hari saja untuk mendaki gn Kinabalu, ataupun bagi mereka yang tidak kebagian akomodasi dekat puncak gunung. Dalam perjalanan mendaki, kami sempat berpapasan dengan 3 bule (2 cowok dan 1 cewek) yang sedang dalam perjalanan menuruni gunung. Dari merekalah kami baru tahu bahwa ada juga yang sanggup mendaki gunung Kinabalu dan sekaligus menuruninya dalam tempo 1 hari. Mereka konon melakukan hal tsb terpaksa karena saat mendaftar didapati bahwa akomodasi di atas sudah penuh.

Ada beberapa peraturan Kinabalu Park yang perlu diketahui, salah satunya adalah yang sudah umum bagi suatu taman nasional, yaitu TAKE NOTHING BUT PHOTOGRAPHS, LEAVE NOTHING BUT FOOT PRINTS. Peraturan lainnya untuk mendaki gn Kinabalu adalah bahwa merupakan suatu KEHARUSAN PENDAKI DITEMANI GUIDE YANG TERDAFTAR SELAMA PENDAKIAN, dimana jumlah guide tergantung dari jumlah pendaki. Satu guide bisa untuk 5 – 6 orang pendaki.

 

EPISODE PERSIAPAN

Seusai sukses mendaki Gn Tambora pada Mei 2007, langsung dicanangkan niat untuk mendaki gn Kinabalu untuk tahun berikutnya. Maka sebelum Desember 2007 mulailah dicari informasi tentang pendakian gn Kinabalu, baik dari internet maupun dari kerabat yang berdomisili di Malaysia, yang  pernah mendaki gunung ini. Darinya diperoleh informasi bahwa waktu yang terbaik untuk melakukan pendakian adalah antara bulan April dan Mei. Informasi yang sekelumit ini merupakan satu2nya informasi yang berhasil kami peroleh di awal2 periode persiapan ini. Informasi penting lainnya yang kami harapkan, terutama adalah ongkos2 yang terkait dg pendakian, tidak berhasil kami peroleh pada periode2 ini. Jadi boleh dikatakan kami lakukan persiapan dengan “buta” pengetahuan. Apa boleh buat, niat sudah dicanangkan, maka hanya satu tekad saja yaitu mewujudkan niat tersebut, termasuk jika ternyata akhirnya hanya sedikit saja rekan2 yang akan ikut bergabung. Rangkaian kegiatan perburuan (searching) info2 penting lainnya pun kemudian terpaksa dilakukan secara swadaya. Memang saat itu telah sampai kepada kami  info bahwa ada sesama anggota hash club, minimal konon ada 2 orang, yang telah pernah mendaki gn Kinabalu ini. Namun ketika dikorek lebih detil informasinya, yang bersangkutan tak bisa memberikan info2 yang kami butuhkan.  

Dengan demikian sejauh itu hanya satu info yang bisa kami peroleh yaitu recommended time untuk kita mendaki. Dengan hanya bermodalkan niat ditambah secuil informasi tersebut di atas maka terhitung semenjak awal Januari 2008 mulailah rencana pendakian semakin dimatangkan lewat email, terutama menjaring peminat serta penentuan tanggal dan bulan pastinya.

 

BERBURU TIKET PESAWAT PROMO

Berdasarkan rekomendasi bahwa yang terbaik untuk mendaki adalah antara bulan April dan Mei, dan mengingat banyaknya persiapan yang harus dilakukan, terutama tiket pesawat, reservasi paket pendakian, dan akomodasi2 yang terkait, maka pilihan jatuh ke bulan Mei 2008 sebagai bulan pendakian. Tercatat yang pertama kali menyatakan konfirmasinya untuk ikut xpdc Kinabalu ini adalah Syaiful Amri. Kata dia… saya ngikut mas saja…Melalui  searching price Air Asia, maka diputuskan bahwa jadwal keberangkatan kita dari Kuala Lumpur menuju Kinabalu adalah tanggal 18 Mei 2008 dan Kinabalu – Kuala Lumpur 21 Mei 2008, dg jam2 penerbangan yang masih berlaku harga promo, yaitu: Kuala Lumpur (09:30) – Kinabalu (12:00), AK 5104, dengan harga tiket MR 109.99; dan Kinabalu (21:15) – Kuala Lumpur (23:45), AK 5121, dengan harga tiket MR 69.99. Pertama kali hanya 3 orang yang melakukan pembelian tiket ini, yaitu Turidho, Ningsih, dan Syaiful Amri. Untuk pembelian tiket ini digunakan kartu kredit Syaiful Amri karena saat itu kartu kredit Turidho yang ada di tangan sudah expired sementara yang baru belum kunjung tiba. Kemudian menyusul tambahan pembelian untuk satu orang lagi yaitu Emmi Sukur (istri Syaiful Anmri), yang juga dibayar dengan kartu kredit sang misuanya. Beberapa hari kemudian tambahan 2 orang lagi yang melakukan pembelian tiket Air Asia untuk jadwal tsb diatas, yaitu Win Adiransyah dan istrinya, Yeni. Rupanya mereka tak mau kalah dalam hal pembayaran, yaitu …… dengan menggunakan kartu kredit Syaiful Amri juga!!! Sementara itu Refilaisa  masih belum bisa memastikan  apakah akan ikut, termasuk apakah anaknya akan ikut serta, meski ada rencana untuk mejenguk adiknya yang ada di Brunei seandainya jadi ikut ke Kinabalu.

Dengan penentuan tanggal 19 Mei sebagai hari pendakian, persoalanpun muncul karena pada saat yang hampir bersamaan acara Sepeda Jelajah Nusantara (SJN) akan digelar di daerah Makasar, dimana sebagian peminat Kinabalu akan ikut acara SJN ini.  Tapi apa boleh buat, jadwal tak lagi bisa dirobah, sehingga kitapun saling mendoakan semoga XPDC Kinabalu dan acara SJN sama2 sukses. Untuk SJN sendiri ternyata ada perobahan lokasi, karena alasan keamanan akibat digelarnya Pilkada di Makasar. Lokasi SJN untuk th 2008 dipindahkan ke Riau, Sumbar, dan Jambi. Beberapa rekan Rumbai hash club otomatis jadi panitia inti karena ajang SJN digelar di daerah yang merupakan kawasan club ini. Konflik skedul inilah yang akhirnya menyebabkan beberapa calon peserta membatalkan keikutsertaannya dalam xpdc Kinabalu ini, seperti Yusrizal, Syaiful, dan Hervalni. Adalah Yaswier Syarkawi yang juga menunjukkan minatnya ikut xpdc ini, namun apa boleh buat – pilihan jatuh kepada program keluarganya.  

 

BERBURU PAKET PENDAKIAN

Awal 2008 atas bantuan pak Shirad, kerabat Turidho yang orang Malaisia, diperoleh informasi dari 3 travel agent yang menawarkan paket pendakian gn Kinabalu, yaitu Discovery Tours, Sutera Sanctuary Lodges, dan Wildlife Expedition Sdn Bhd.

Setelah tiket Air Asia sudah di tangan, mulailah ber email ria dengan ketiga travel agent tsb, dengan menyebutkan rencana kita untuk melakukan pendakian dg paket 1N2D tanggal 19 Mei 2008. Informasi yang didapat menunjukkan bahwa secara harga, dari ketiga paket ini maka Sutera Sanctuary Lodge lah yang paling menarik. Namun kemudian jawaban yang tidak menggembirakan kami terima, baik Discovery tours maupun Sutera Sanctuary Lodges ke-dua2nya menyatakan bahwa untuk tgl 19 Mei sudah full, mereka menyarankan kita untuk merobah tanggalnya. Saat itu terus terang saja kami tidak mengerti apa yang dimaksud dg full, apakah itu mengenai pendakiannya sendiri ataukah akomodasinya. Tapi mengingat pernah terbaca adanya pembatasan jumlah pendaki 100 orang untuk satu hari, maka yang terpikir saat itu yang dimaksud dg full adalah jumlah pendaki yang sudah di atas 100 orang untuk pendakian tanggal 19 Mei itu. Saran untuk mengubah tanggal merupakan suatu hal yang sulit kami lakukan mengingat tiket Air Asia KL – Kinabalu tanggal 18 Mei sudah di tangan. Sementara itu Wildlife Expedition Sdn Bhd tidak kunjung memberikan respons. Terus terang kekhawatiran akan tidak bisa melakukan pendakian sesuai jadwal yang sudah ditentukan menghantui kami, apalagi informasi dari Sutera Sanctuary Lodge menyebutkan bahwa …we require 6 month in advance booking…… Sementara itu info dari Wikitravel menyebutkan bahwa akomodasi di Laban Rata dari Sutera Sanctuary Lodge …fills up very quickly so advance reservations (3-4 months ahead) are strongly encouraged. 

Kami berdoa dan berdoa semoga nantinya ada kabar baik dari ketiga travel agent tsb. Akhirnya 11 Februari 2008 kabar baikpun datang dari Sutera Sanctuary Lodge (SSL), mereka menyatakan..Thank God, I got an accommodation for you and friends. Akomodasi yang available untuk kami adalah Gunting Lagadan Hut, Arrival 19 May 2008 dan Departure 20 May 2008.

Mereka langsung reserve akomodasi untuk 4 orang, dg charge RM 208 / orang. Namun karena saat itu yang sudah confirm akan naik mendaki hanya 3 orang, yaitu Turidho, Win, dan Syaiful, maka pada tanggal 12 Februari 2008 kami isi dan fax kan Credit card Authorization form hanya untuk 3 orang saja, dengan total RM 624. Oleh karena saat itu kartu kredit Turidho yang baru belum juga datang, maka untuk pembayaran pendakian 3 orang ini lagi2 dipakai kartu kredit Syaiful. Tanggal 23 Februari diperoleh konfirmasi bahwa reservasi sudah confirmed dg no reservasi 360548, dan receipt of payment: HQR 231086. Disana disebutkan bahwa package 2D1N Day 1: packed lunch @ Kinabalu park & dinner @ Laban rata; Day 2: B’fast@ Laban Rata & Lunch @ Kinabalu park. Biaya RM 208 / orang ini, yang semula kami sangka sudah termasuk semuanya, ternyata di kemudian hari diketahui bahwa ini adalah hanya biaya board & lodging saja. RM 208 / orang ini tidak termasuk park fees seperti climbing permit, insurance, guide dsb.

Karena administrasi mereka masih mencatat dari kami terdaftar 4 orang (Turidho, Syaiful, Win, dan Refilaisa), maka dalam konfirmation letter disebutkan kami masih ada balance RM 208, dimana total yang harus dibayarkan RM 832 sedangkan yang sudah terbayar RM 624.

Tanggal 23 Februari 2008 Turidho lakukan konfirmasi dg menyebutkan bahwa untuk sementara ini jumlah dari kami yang akan mendaki adalah hanya 3 orang, yaitu M Turidho, Syaiful Amri, dan Win Adriansyah.   

Pada awal April, Refilaisa menginformasikan bahwa dia dan anaknya, Reza, akan ikut. Lewat email tertanggal 1 April 2008, Turidho kemudian segera memberitahukan SSL akan adanya tambahan jumlah pendaki, dg satu orang yaitu Refilaisa. Tambahan dengan 1 orang saja karena Refilaisa kemudian memberitahukan bahwa Reza belum ada kepastian apakah akan ikut mendaki ataukah akan menemani team pendukung. Lama tidak kunjung ada respons dari mereka atas pemberitahuan kami itu, Refilaisa pun menyarankan untuk kirim mereka lewat fax saja.  Benar saja, setelah pemberitahuan ini kami kirim lewat fax, respon pun datang dari mereka tak lama kemudian, yang menyatakan bahwa additional person bisa tapi akomodasinya berbeda, yaitu heated room dengan rate RM 228. langsung kami OK kan. Dan sebagai tanda pembayaran Refil, Credit card Authorization form yang sudah diisi atas nama Refilaisa pun segera di fax. Namun ber-kali2 gagal, mereka informasikan no fax baru pun pengirimannya tetap saja fail. Ketika kemudian berhasil, persoalan lain pun muncul. Mereka mengabarkan lewat email tertanggal 12 Mei 2008 bahwa … for your information, we received your credit card details (for 1 more booking) but the credit card is “do not Honor”. …Alhasil disepakati bahwa pembayaran akan dilakukan on site saja.

Seiring dengan perjalanan waktu, Win pun berobah pikiran, dan menyatakan bahwa kemungkinan besar Yenny nya akan ikut mendaki, minimal sampai Laban Rata, sehingga perlu tambahan satu akomodasi lagi buatnya. Untuk tambahan ini kami putuskan untuk GO SHOW saja, dalam artian akan diberitahukan on site saja saat kedatangan kami nantinya di HQ Kinabalu Park.

Akan halnya Refilaisa, perkembangan terakhir saat itu adalah bahwa anaknya confirm tidak akan ikut naik. Untunglah pembayaran belum dilakukan sehingga perobahan2 ini sedikit banyak tidak mencemaskan dari segi pembayaran mengingat bahwa If cancellation to reservation is made, NO REFUND will be entertained, NO SHOW NO REFUND.

 

BERBURU HOTEL

Pada periode persiapan ini, disamping masalah reservasi pendakian, juga coba dicari info akomodasi2 yang reasonable prices, yang mencakup akomodasi di KL untuk tanggal 17 Mei, di Kota Kinabalu untuk tanggal 18 Mei, dan di KL untuk tanggal 22 Mei. Setelah coba searching lewat internet, dengan data peserta 3 pasang suami istri (Turidho & Ningsih, Syaiful & Emi, Win & Yeni) dan 1 single (Refilaisa) maka pilihan jatuh ke hotel Tune.com di Kota Kinabalu untuk 18 Mei (booked 4 double room), hotel Tune.com Kuala Lumpur (booked 3 double rooms dan 1 single room) untuk tanggal 17 Meinya, dan hotel Herritage Station KL untuk 22 Mei (booked 1 family room kapasitas 6 orang – mengingat rombongan nantinya tinggal 3 keluarga, karena Refilaisa akan berpisah di Kinabalu guna melanjutkan perjalanannya ke Brunei sebelum kembali ke KL).      

Pada hari keberangkatan dari Duri tangal 17 Mei baru diketahui bahwa ternyata Refilaisa tidak berangkat sendirian melainkan dengan istri, Des, dan …Reza anaknya.. wah apa boleh buat, akomodasi sudah dibooked dengan asumsi Refilaisa pergi sendirian!!!!!!

Ketika confirm Tune hotel Kinabalu untuk akomodasi di Kinabalu, kamipun memberitahukan lewat email kepada SSL tentang hotel tempat kami menginap dengan asumsi uang pendaftaran sudah termasuk transportasi ke Timpohon gate. Ternyata asumsi kita meleset, ada pembayaran tambahan jika kita hendak memakai shuttle service dari mereka untuk menuju Timpohon gate ini. Karena ternyata ongkos shuttle service dari SSL ini tergolong mahal, maka kami putuskan untuk mencari alternative transportasi lain untuk menuju HQ Taman Kinabalu di Timpohon dari Kota Kinabalu.

Room rate dan associated cost dari masing2 hotel tsb untuk tanggal2 dibawah ini adalah sbb:

 

17 Mei 2008 ; Tune Hotel ; 316 jl Tuanku Rahman 50100 Kuala Lumpur

Booking reference 137106593; 137105217; 137104860 (3 double room)

: 82.99+8.00(adm fee)+4.99 (A/C 5hrs) = 109.08 / kamar (include tax)

Booking reference 137103453 (1 single room)

: 67.99+8.00(adm fee)+4.99 (A/C 5hrs) = 91.83 (include tax)

TOTAL RM 419.07


18 Mei 2008 ; Tune Hotel ; 1 Borneo Kota Kinabalu

Booking reference 136944107; 136943717; 136946840; 136945480 (4 double room)

: 30.00+8.00(adm fee)+9.99 (A/C 12hrs) = 53.39 / kamar (include tax)

TOTAL RM 213.56


22 Mei 2008 ; Heritage Station hotel Kuala Lumpur

Confirmation Number 5228014218; Family Room

WorldPay transaction ID 1852719206 (Paid RM 14.70)

: 147.00+14.70(service charge) + 7.35 (Gov tax) = 169.05

Sisa pembayaran = RM 154.35

 

Peta lokasi hotel Tune Kuala Lumpur

 

Akomodasi2 yang sudah OK tersebut di atas adalah untuk hari2 pertama di setiap kota saja, artinya untuk Kinabalu yang notabene akan lebih dari 1 malam, maka untuk malam2 berikutnya kita akan cari langsung di tempat, siapa tahu ditemukan akomodasi dg lokasi yang menarik dan ....room rate nya murah!!!!  Ini terutama untuk akomodasi di Kota Kinabalu dimana menurut rencana tim pendukung yang terdiri dari para istri dan Reza, akan ditinggal dan menunggu kepulangan pendaki di kota Kinabalu. Untuk itu dirasa perlu dicari akomodasi yang sesuai selera mereka, dan karena itulah rencananya sesampainya di bandara Kinabalu rombongan akan sewa mobil harian, yang akan digunakan selain untuk explore kota Kinabalu dan mencari akomodasi hari kedua tersebut, juga akan dipakai mengantar pendaki dari Kota Kinabalu menuju HQ Taman Kinabalu di Timpohon.

 

Peta lokasi hotel Tune Kinabalu

 

 

TENTANG T SHIRT XPDC

Masih dalam tahap persiapan, guna lebih terciptanya kebersamaan dan juga sebagai kenang2an xpdc ini, team pun sepakat untuk membuat t shirt seragam. Tidak lupa setelah desain final, Turidhopun menawarkan ke rekan2 RHHH dan rekan2 lainnya, terutama sesama pendaki Tambora, yang barangkali berminat memiliki t shirt ini, maka tercatat beberapa rekan ikutan memesan. Dan setelah melalui tahapan finalisasi pengorderan, dan pencetakan, maka diperoleh kabar bahwa tanggal 10 Mei 2008 t shirt sudah jadi dan tinggal pengirimannya saja ke Duri. Ternyata hari Selasa 13 Mei 2008 t shirt baru dikirim ke Jakarta dan dimasukkan ke cargo CPI Halim PK. Agar supaya t shirt tsb tidak terlambat sampai di Duri, maka Turidho merasa perlu wanti2 dengan rekan2 di travel Jakarta untuk mengirimkan t shirt tsb lewat coplane 15 Mei 2008. Alhamdulillah rekan2 travel Jakarta sangat membantu, sehingga kiriman t-shirt tsb bisa sampai di Duri hari Kamis 15 Mei 2008, atau 2 hari sebelum team berangkat ke Malaysia.


 

HAL2 LAINNYA DAN ITTINERARY

Tidak lupa pada periode persiapan ini Turidho mengingatkan rekan2 pendaki untuk meminta Telkomsel membuka saluran HP nya masing2 guna bisa dipakai di luar negeri.  Pada minggu2 terakhir sebelum keberangkatan, Turidhopun mengingatkan tim untuk masing2 melakukan reservasi CPI regular bus Duri – Dumai pp serta request bantuan ke LPT untuk transportasi dari Transportation Dumai ke pelabuhan Dumai pp. Ketika semua sudah membuat bus reservation dan email ke LPT Dumai, barulah diketahui bahwa Refilaisa akan pergi bersama istri dan seorang anaknya.

Berdasarkan data2 yang sudah ada serta informasi yang kami baca2 dari berbagai sumber mengenai pendakian Kinabalu, akhirnya disusunlah itinerary seperti dibawah ini. Perlu dicatat bahwa itinerary ini  hanyalah sebuah rencana semata. Apakah kenyataannya akan sama dengan rencana? Jawabannya bisa diperoleh setelah pembaca selesai membaca artikel ini seluruhnya. Kita berencana, Tuhan lah yang  menentukan, itulah hakekatnya…!!!!

 

ITINERARY (Hanya rencana, kenyataannya tidak sama dengan yang direncanakan)

HARI

TANGGAL

JAM (WITA)

KEGIATAN

Sabtu

17 Mei

07:00 WIB

Berangkat dari Duri ke Dumai dg CPI regular bus.

 

 

08:30 WIB

Transfer dari Transportation Dumai ke pelabuhan Dumai

 

 

11:00 WIB

Feri Dumai - Malaka  

 

 

 

Tiba di Malaka (2:30 waktu Malaysia)

 

 

 

Transfer dg taksi ke stasiun bus di Central Malaka

 

 

 

Malaka – KL dg bus yang ditempuh selama 2.5 jam

 

 

 

Check in @ Tune hotel, 316 jalan Tuanku Abdul Rahman KL

Ahad

18 Mei

09:30

KL – Kota Kinabalu dg Air Asia AK 5104 (TORP,PARNO,WIN)

 

 

17:10

KL – Kota Kinabalu dg Air Asia AK 5114 (KB)

 

 

12:00

Mendarat di Kota Kinabalu (TORP,PARNO,WIN)

Ahad

18 Mei

19:40

Mendarat di kota Kinabalu (KB)

 

 

 

Check in @ Tune hotel, 1 Borneo  Kota Kinabalu

 (ph +60379625888)

 

 

 

Explore Kota Kinabalu

Senin

19 Mei

AM

Menuju taman Kinabalu untuk mulai pendakian lewat gerbang Timpohon (KM 0.5); Reservation no: 360548

 

 

08:00

Kinabalu Park HQ – Timpohon Gate = 4 km by bus 15’, RM 5 / person

 

 

 30’

Sampai shelter Kandis (KM 1)

 

 

20’

Shelter Ubah (KM 1.5)

 

 

30’

Shelter Lowii (KM 2.5)

 

 

40’

Shelter Mempening (KM 3.5)

 

 

30’

Layang Layang (KM 4)

 

 

45’

Shelter Vilosa (KM 5)

 

 

45’

Shelter Paka (KM 5.5)

 

 

40’

+/- 13:00 Sampai Laban Rata Rest House (KM 6) - bermalam disini

Selasa

20 Mei

03:00

Start menuju Peak

 

 

04:00

Sayat Sayat Hut (KM 7), yang merupakan bangunan akomodasi tertinggi dg elevasi 3,668 meter

 

 

06:00

Kinibalu Peak @ 4,095.2 meter!!!!

 

 

06:30

Start turun (bergegas turun karena sangat dingin sekali di puncak)

 

 

08:30

Tiba kembali di Laban Rata Rest House

 

 

14:00

Tiba di gerbang Timpohon

 

 

17:00 / 18:00

Tiba di hotel (?) Kota Kinabalu

Rabu

21 Mei

AM - Maghrib

Explore Kinabalu, ke pantai2

(sewa mobil)

 

 

21:15

Kota Kinabalu – KL dg Air Asia AK 5121

 

 

23:45

Mendarat di KL. Transfer by taxi / train ke Central Station dan check in di Herritage Station Hotel KL

 Kamis

22 Mei

AM - PM

Explore KL

 

 

PM

KL – Malaka by bus

Check in hotel Malaka (?)

Jum’at

23 Mei

All day

Explore Malaka

Sabtu

24 Mei

09:00

Malaka – Dumai by Ferry

 

 

13:00 WIB

Arrive Dumai

 

 

14:00

Dumai – Duri by CPI regular bus

 

 

15:30

Arrive Duri

 

 

 

MISSION ACCOMPLISHED, Alhamdulillah....

Dibawah ini adalah daftar peserta sebelum final, dimana pada akhirnya istri Refilaisa, Des, dan anaknya, Reza, ikut ke Kinabalu.


PESERTA XPDC KINABALU (bukan final)

No

True Name

Hash Handle

HP

Istri

Nama Istri

1

Syaiful Amri

PARANORMAL

081365912421

Yes

Emmi

2

Moch. Turidho

TORPEDO

0812-750-2342

Yes

Ningsih EXOCET

3

Win Adriansyah

 ELEPHANT SHIT

08127504929

Yes

Yenni

4

Refilaisa

KB

0819-761-2939

No

No

Dengan istri dan anak Refilaisa ikut maka total anggota xpdc ini menjadi 9 orang.

Untuk sekedar mengingatkan peserta akan apa2 yang harus disiapkan selama periode persiapan ini, maka dengan referensi pendakian2 sebelumnya dan informasi2 yang khusus berkaitan dengan pendakian gn Kinabalu ini, maka disusunlah tips pendakian sbb:

Tips:

1. Mendaki tidak perlu tergesa-gesa. Kita sudah siapkan waktu yang cukup untuk mencapai semua Pos dan puncak dengan masa istirahat yang lebih dari cukup. Gunakan waktu istirahat sebaik-baiknya agar dapat mencapai puncak.

2. Pakaian training parasut lebih dianjurkan.

3. Jangan gunakan minyak gosok yang bermenthol seperti, sloan, tarason dll tetapi gunakan minyak kayu putih.

4. Akan ada gejala phobia bagi sebagian orang, biasanya ia akan bertindak aneh, jika ini terjadi hangatkan tubuhnya dengan kain tebal.

5. Angin sangat kencang dan sekali-kali badai, oleh sebab itu rain coat/wind breaker adalah suatu kewajiban untuk di bawa.

6.  Senter mutlak harus dibawa

7.  Tetap ikuti jalur pendakian yang resmi. Dan apabila terpisah, tetap di tempat, bunyikan kode, jangan berteriak, hemat tenaga.

8. Usahakan selalu dalam regu yang utuh  

9. Hindarkan minuman yang bersoda.

10. Bawa makanan yang manis: gula merah, coklat, kurma, madu.

11. Sebagai pengganti nasi: krakers, pocari sweat sachet, nutrisari, mie instant.

12. Istirahat sebanyak mungkin pada malam hari (makan antimo)

13. Usahakan agar baju dalam ransel tetap kering (bungkus dengan plastik).

14. Barang yang ringan di susun di bagian bawah ransel dan titik berat di atas pinggang.

15. Susunan ransel (mulai dari bawah): Pakaian harian (untuk turun), Pakaian cadangan (Kaos kaki cadangan, Shebo cadangan, Sarung tangan), sweater/jaket, raincoat/mantel, makanan/snack/obat pribadi.

16. Masing-masing bawa air persediaan selama perjalanan.

Dan demi keteraturan dan keseimbangan beban tugas antar anggota tim, maka disusunlah kepanitian sebagai berikut:

Ø  Koordinator                                        :  Turidho

Ø  Guide / Transportasi / Akomodasi      :  Turidho

Ø  Bendahara                                           :  Ningsih

Ø  Perlengkapan team                              :  Syaiful Amri

Ø  Dokumentasi                                       : Win / Syaiful Amri / Refilaisa

Ø  P3K                                                     :  Yeni

Ø  GPS                                                     :  Turidho

Ø  T-shirt                                                  :  Turidho


Di bawah ini daftar peralatan yang dianjurkan dibawa, baik sebagai peralatan individu maupun sebagai peralatan team.

 

PERALATAN YANG DIANJURKAN:           

Peralatan INDIVIDU

JENIS

STATUS

1.     Sleeping Bag (optional karena ada akomodasi permanen di Kinabalu)

 

 

2.     Wind breaker (Rain Coat)

 

 

3.     Ponco (Mantel)

 

 

4.     Kaos kaki (4 pasang)

 

 

5.     Sarung tangan (3 pasang)

 

 

6.     Zebo + Senter

 

 

7.     Sepatu kanvas

 

 

8.     Charger Handphone

 

 

9.     Pakaian ganti (terbungkus plastik)

 

 

10.  Coklat/gula merah/kismis/permen

 

 

11.  Madu, susu, teh, kopi (inisiatif sendiri)

 

 

12.  Makanan ringan (Roti lebih dianjurkan)

 

 

13.  Water canteen/ Aqua 600 ml (4 btl)

 

 

14.  Jungle survival knife (Chevron ZIA Award)

 

 

15.  Obat-obatan pribadi (mis: Hansaplast, Kayu putih, Panadol, Oralit, Betadine, Antimo, Vitamin B Complex, EthylChloride, dll.)

 

 

16.  Tissue WC + Peralatan mandi

 

 

17.  Sepatu cadangan (terbungkus plastik)

 

 

18.  Pakaian cadangan

 

 

19.  Lampu Senter / Head Lamp untuk pendakian malam

 

 

                                                                                 

Peralatan Tim

JENIS

DIPINJAM DARI/DIBELI

1.       Camera digital

Masing masing

 

2.       Handy cam

Win Adriansyah

 

3.       Note Book (Buku Catatan)

Turidho

 

4.       Baterei

Size AA, 2 lusin

 

 

EPISODE DURI – KINABALU

Sabtu 17 Mei 2008

Rombongan 9 orang dengan menaiki CPI regular bus jam 07:00 meninggalkan Duri menuju Dumai. Kira2 1.5 jam kemudian sampailah di kantor LPT Dumai. Setelah urusan tanda tangan beres, juga sholat dhuha  selesai dilakukan, rombongan melanjutkan perjalanan dengan 2 mobil menuju ke kota Dumai untuk urusan tiket feri Dumai – Malaka dan tukar rupiah ke ringgit, selanjutnya menuju pelabuhan Dumai. Urusan di pelabuhan Dumai menjadi lancar karena ternyata ada keponakan Syaiful yang adalah petugas imigrasi disana.

Jam 11:30 feri mulai bergerak meninggalkan Dumai, terlambat ½ jam dari jadwal seharusnya. Dan jam 14:15 (atau jam 15:15 waktu Malaysia) sampailah di pelabuhan Malaka. Untuk selanjutnya, waktu yang disebutkan adalah menurut waktu Malaysia.

Selesai urusan cap passport, rombongan menuju ke stasiun bus Central Malaka dengan menggunakan 3 taksi, dengan ongkos yang bervariasi, ada yang RM 12 / taksi dan ada yang RM 15 /taksi. Sesampai di Terminal bus Central Malaka, langsung menuju loket bus dan mencari bus Malaka – KL yang keberangkatannya jam 17:00 agar supaya ada waktu untuk sholat jama’ dhuhur dan ashar di mushola terminal tsb. Dapat tiket MetroBus yang dijual di agent RM 10 / tiket, harga aslinya sebenarnya hanya RM 9.40. Untuk menghemat berkomunikasi dengan HP selama berada di malaisia, beberapa orang menyempatkan membeli kartu telpon malaisia di terminal bus ini. Jam 17:00 bus berangkat, dan sampai di KL jam 19:15.

Wajah2 ceria di atas bus Malaka - KL

 

Turun dekat Maydin di daerah Pudu Raya, dilanjutkan dengan jalan kaki menuju ke stasiun KTM. Melihat lokasi hotel yang dituju dari peta yang dibawa Win, maka diputuskan untuk naik kereta dan turun di stasiun Sutan Ismail, yang merupakan stasiun terdekat ke hotel Tune. Memang ternyata hotel Tune dekat dg stasiun Sutan Ismail, hanya berjarak kira2 500 meter saja.

Cara hemat menuju Tune hotel.com, ya pakai KTM saja

 

Check in di hotel Tune.com dengan tiga kamar double room 101, 102, dan 103, dan satu kamar single room 207. Usai check in, 10 menit kemudian sesuai kesepakatan, rombongan bertemu di lobi hotel untuk sama2 cari makan malam di daerah chow kit. Tinggal jalan kaki sampailah di daerah Chow kit, dan menu tom yam pun menjadi pilihan makan malam.

Malam itu juga tidak lupa pesan van untuk mengantar rombongan keesokan harinya ke airport.  Dengan 6 orang (tanpa Refilaisa dan keluarganya, karena penerbangan mereka berbeda jam). Dengan van yang  ongkosnya RM 150 jatuhnya lebih murah dibanding shuttle bus yang RM 35 / orang.       

Akan halnya Refil dan keluarganya yang justru berjumlah 3 orang itu, tentu akan merasa sesak karena mereka menempati single room. Rencana menggeser tempat tidur dan menurunkan kasur sebagaimana lazimnya jika kita ingin tidur lebih leluasa jika kita di hotel yang ukuran bednya kecil sedang orangnya banyak, ternyata tidak bisa dilaksanakan di hotel Tune ini. Hal ini karena ukuran kamarnya hampir seukuran dengan ukuran tempat tidurnya. Untung Turidho membawa sleeping bag, sehingga malam itu Reza bisa lelap tidur dengan menggunakan sleeping bag tsb.

Perlu dicatat pula bahwa hotel Tune ini terbilang hotel unik, karena tamu dihadapkan kepada beberapa opsi, mau pakai AC, mau pakai handuk hotel, mau pakai sabun dan toiletry lainnya yang disediakan hotel, silahkan sebutkan saat reservasi. Opsi pemakaian AC nyapun beragam, bisa 5 jam atau 12 jam. Namun itu semua ada extra costnya, ada biayanya. Artinya kalau hanya kamar saja sekian, ditambah dg AC sekian, dan handuk dsb sekian pula tambahannya.

  

Minggu 18 Mei 2008

Jam 07:00 dengan van menuju LCCT. Kami hanya bayar RM 125 karena ada satu broker saham yang wong inggris yang akan ke KLIA numpang van kami karena taksi yang janjinya  akan mengantarnya tidak kunjung datang. Sama2 untung jadinya, karena diapun hanya perlu bayar RM 25, sedang kami menjadi RM 125 untuk 6 orang.

Setelah lebih dahulu mendrop broker saham tsb di KLIA maka jam 08:30 sampailah kami di LCCT. Langsung urus tiket dan bagasi ke counter Kinabalu. Jumpa Anto yang datang dengan temannya, Alex. Selesai urusan tiket, kami sarapan dahulu, dan bye bye dengan Anto , kamipun check in. Nah baru tahu bahwa ada pisau lipat di dalam ransel yang akan masuk kabin, ini jelas tidak diperbolehkan. Maka daripada ditinggal di petugas check in, maka segera telpon Anto untuk kembali menemui kami guna menitipkan pisau tersebut. Untung Anto belum begitu jauh.

 

Di LCCT menunggu keberangkatan Air Asia ke Kinabalu.

Tampak Anto dan temannya.

 

Di ruang check in inilah kami mengetahui bahwa Sophan Sophian telah meninggal dunia karena kecelakaan sepeda motor ketika mengikuti rally Kebangkitan Nasional. Berita ini pertama kali dilihat oleh Yeni yang sempat2nya membaca koran2 yang sedang dipajang di area jualan, meski disana ada tulisan… DILARANG CURI BACA (tanpa membeli maksudnya)….

Jam 10:48 pesawat take off, terlambat beberapa menit dari jadwalnya konon karena harus antri untuk take off. Jam 12:00 pesawat mendarat di bandara Kota Kinabalu.

Sesuai rencana, di airport kami mencoba mencari mobil sewaan. Wah ternyata harganya mahal, berkisar antara RM 350 – RM 450 per hari. Jauh dari perkiraan, karena referensi kami adalah harga di Langkawi yang hanya berkisar antara RM 80 – RM 200 saja.

Akhirnya diputuskan langsung menuju ke kota dg menggunakan bus, ongkosnya hanya 1 ringgit / orang. Nama busnya adalah Bandar Raya, sopirnya orang Bugis yang bernama Sitami. Pak Sitami ini orangnya gembul, kocak, dan helpful. Dia menawarkan jasa transportasi jika kita membutuhkan, tinggal telpon HPnya dan dia siap memberikan bantuannya…!!!

Sesampai di terminal bus KK, dengan berjalan kaki kami mencari restoran.

Di terminal bus KK yang kesannya hanya tempat ngetem bus karena

tanpa bangunan2 sebagaimana layaknya sebuah terminal. 

Latar belakang adalah gedung Mahkamah Kota Kinabalu.

 

Sesuai scenario, selagi tunggu pesanan makanan datang, para suami mendatangi beberapa hotel2 yang ada di sekitar daerah itu untuk akomodasi para istri di hari kedua di KK. Dapat beberapa alternative hotel, diantaranya adalah hotel Full Hua yang berlokasi di jl Tugu Kampung Air, dan Winner hotel di jalan Pasar Baru. Namun pilihan jatuh ke hotel Winner. Saat itu baru janji akan hubungi jika esok jadi nginap disana. Artinya jika plan sdh matang maka tinggal confirm saja lewat telpon. Tapi kemudian timbul gagasan untuk mencari akomodasi bagi para istri di daerah Timpohon gate saja. Maka kemudian dicoba melakukan reservasi hotel di daerah Timpohon lewat telp Sutera Sanctuary Lodge, dan alhamdulillah good news. Accomodation available, di the Peak Lodge, yang berupa bungalow dengan 2 kamar tidur dan living room, ratenya adalah RM 280 / malam. Booking numbernya adalah 1439. Total 4 orang akan menempati satu unit bungalow ini.

Selesai menyantap makan siang, jalan kaki menuju halte bus depan Plaza Warisan, dan dengan bus  kami menuju hotel Tune yang beralamat di 1 Borneo. Mengenai alamat ini, jangan coba2 menyebutkan hanya dengan jl Borneo saja, orang2 tidak ada yang tahu, tapi kalau kita sebut “wan borneo”, orang2 pun tahu.

Lagi2 kita jumpa orang bugis sebagai sopir bus. Konon hampir semua sopir di KK adalah orang bugis. Sopir bus jurusan wan borneo yang orang bugis itu namanya Chairuddin. Kamipun cerita kepadanya perihal kami butuh transportasi untuk ke Timpohon esok hari. Pak Chairuddin pun menyebutkan nama adiknya, Baharuddin, yang konon punya beberapa mobil dan kemungkinan sekali bisa menyediakan tranportasi yang kita butuhkan. Kebetulan katanya Pak Chairuddin dan juga Pak Baharuddin ini sama2 tinggal di daerah Sepanggar, yang masih satu kawasan dengan “wan borneo”.

Alhamdulillah setelah kita hubungi per telpon, Pak Baharuddin menyanggupi untuk bisa menyediakan mobil. Dari Sutera Sanctuary Lodge sebetulnya ada shuttle service untuk transport dari Kota Kinabalu ke Kinabalu park HQ di Timpohon, namun kami memutuskan mencari transportasi sendiri karena lewat SSL ternyata kena charge RM 40 / orang sekali jalan, dan shuttle service ini pun hanya berangkat dari kantor Sutera Harbour di wisma Sabah dan dari hotel Pacific Sutera Harbour, dan pada jam tertentu saja yaitu jam 07:00 dari hotel Pacific Sutera dan hotel Magellan, dan jam 07:15 dari Wisma Sabah.  

Di Tune hotel Kinabalu ini kami masing2 keluarga menempati satu kamar double, yaitu masing2 di 216, 217, 218, dan 219. Hotel ini relative masih baru, bau cat masih terasa. Namun sayang Mall terbesar di KK yang nyambung dengan hotel Tune ini belum siap, konon masih beberapa bulan lagi baru akan beroperasi.

Karena Mall belum beroperasi, maka sore itu Ningsih ber-sama2 dengan Yeni dan Win kembali menuju ke KK, lan jalan dan phing shoping, sementara yang lain istirahat di hotel. Lesson learn dari lan jalan sore itu, diketahuilah bahwa ternyata bus tujuan one borneo tidak beroperasi sampai jam 10 malam sebagaimana informasi yang didapat di siang hari dari Pak Chairuddin. Mungkin sesekali ada tapi yang jelas malam itu Ningsih bertiga kembali ke hotel dengan taksi. Maka kamipun telpon Refilaisa untuk memberi petunjuk baru bagaimana menuju hotel dari airport.   

 

Berpose di hotel Tune.com Kinabalu.

Gambar kanan adalah penampakan di salah satu kamar hotel.

 

Akan halnya Refilaisa, pesawat Air Asia yang ditumpangi bersama keluarganya delay 1 jam, yang seharusnya take off dari KL jam 17:40 menjadi 18:40. Sesampai di airport mereka naik taksi ke kota dengan ongkos RM 20.

Ketika diantar taksi dari bandara KK ke restoran MUSLIM, Refilaisa sekeluarga merasa diantar ke pinggiran kota, karena tempatnya dan lampu-lampu kotanya agak suram, tanpa lampu hias lagi. Dan dari mulai restoran inilah Reza mulai ketagihan roti cane dan milo panas. Konon sampai di Bruneipun dia  masih suka minta roti cane.

Di restoran MUSLIM yang pada malam itu pembelinya cukup banyak, Refil terkesan dengan sikap ingin membantu dari pemiliknya, dia membantu  mencarikan taksi sekaligus menawarkan harganya. Dia juga memberi info mengenai beberapa hotel yang berlokasi dekat kota. Sang pemilik  tsb juga ternyata ingatannya cukup tajam, terbukti ketika jumpa lagi di pagi hari setelah berpisah tiga hari, dia masih ingat Refil dan menanyakan… sekarang nginap dimana..??

Usai urusan kampoeng tengah, Refil sekeluarga sesuai petunjuk yang kami sampaikan, menuju “wan borneo” naik taksi dengan ongkos yang juga RM 20. Kawasan dimana Tune hotel ini berada termasuk jauh ke mana2, merupakan kawasan yang baru mulai dikembangkan sehingga cari restoran juga sulit, untung Refil datang dengan kloter dua sehingga kita bisa pesan kepadanya selagi mereka masih di KK untuk  membelikan nasi goreng !!!!

Di Tune hotel ini Turidho yang asal ambil saja kamar 216 ternyata beruntung, karena 216 ternyata sedikit lebih luas dari ketiga kamar yang lainnya. Yang kurang bernasib baik adalah keluarga Refil yang menempati kamar 218, karena harus ber panas2, dengan hanya kipas angin saja, karena A/C nya rusak. Malam itu keadaan Refil sekeluarga makin diperunyam karena nomor kombinasi kunci kopornya terobah tanpa diketahui nomor barunya. Alhasil Refilaisa, dengan bertelanjang dada, menghabiskan malamnya berkutat mencoba berbagai kemungkinan kombinasi nomor untuk membuka kopor yang terkunci ini. Mana AC ngadat lagi hingga tak ayal keringatpun bercucuran. Alhamdulillah berkat ketekunannya akhirnya kopor berhasil dibuka. Karena hal itulah maka Refil kurang istirahat malam itu dan berakibat buruk terhadap keadaan fisiknya untuk pendakian. Karena sepanjang malam AC tidak bekerja, maka keesokan harinya Refil complain dan uang AC 12 hrs credit yang RM 10.49 pun dikembalikan.

Hari sudah malam ketika kami kembali mengkonfirmasi ke Pak Baharuddin mengenai mobil yang harus sudah sampai di hotel jam 07:00. Ini karena kami diminta sampai ke HQ Taman Kinabalu park di Timpohon sebelum jam 10:00, dan konon dari hotel Tune ini ke Timpohon memakan waktu +/- 2 jam. Ketika kami sampaikan bahwa kami berombongan dengan 9 orang, Pak Baharuddin tampak kaget, karena memang semula kita informasikan hanya akan ada 5 orang yang butuh transportasi kesana. Diapun berjanji akan cari bus, tapi tidak yakin karena hari sudah malam dan sopir busnya sudah pulang. Alternative yang ditawarkan adalah memakai 2 taksi, dengan ongkos RM 140 per taksi. Malam itu tidak lupa kami juga telpon ke hotel Winner Kota Kinabalu mengabarkan bahwa kami tidak jadi check in tanggal 19 Mei melainkan tanggal 20 Mei.

 

 Senin 19 Mei 2008

 Pagi2 semua sudah berada di lobi, membereskan check out, dan menunggu Pak Baharuddin dg mobilnya. Sambil menunggu, tak lupa foto2 dengan mengenakan seragam t shirt xpdc Kinabalu dan back ground hotel Tune. Hati sempat was2 juga karena Pak Baharuddin tidak kunjung muncul. Turidho memerlukan telpon dia ber kali2, guna meyakinkan bahwa dia betul2 akan datang. Saat di telpon itu ternyata pak Baharuddin pagi2 sudah ada di airport mengantar penumpang.

 Akhirnya 2 taksi datang dimana salah satu sopirnya adalah Pak Baharuddin sendiri. Rombonganpun berangkat meninggalkan Tune hotel menuju Timpohon, dengan mampir terlebih dahulu di salah satu restoran guna membeli sarapan untuk kami makan sesampai nantinya kami di Timpohon.

Jam 09:00 sampai di Timpohon. Wah ramai sekali, banyak orang yang mau mendaki hari itu, bagian registrasi cukup sibuk mengurusi pendaftaran. Ada pendaki yang go show, kalau lagi beruntung mereka masih bisa mendapatkan akomodasi di atas. Bagi yang tidak mendapatkan akomodasi di atas, ada yang mereschedule waktu pendakiannya menjadi keesokan harinya, ada yang minta permit untuk mendaki sampai Layang2 hut saja kemudian turun. Tapi ada juga yang akhirnya memutuskan pagi2 mulai mendaki dan mendaki terus hingga puncak gunung, dan langsung turun kembali ke HQ Taman Nasional Kinabalu Timpohon…!!!!  

Pertama kali di saat pendaftaran diberitahukan bahwa yang OK adalah hanya 3 orang, yaitu M Turidho, Syaiful Amri, dan Win Adriansyah. Wah gawat, Refil nggak jadi naik dong, apalagi Yeni. Namun setelah petugas pendaftaran menelusuri data2 yang ada, maka akhirnya kami bisa mendaki dengan paket 2D1N, dengan akomodasi 1 kamar untuk berlima di Gunting Lagadan, dan dengan 4 tempat tidur. Artinya Win dan Yeni akan share tempat tidur.

Dari brosur tariff Rate 2008, ternyata Sutera Sactuary Lodge memang merupakan pengelola tunggal akomodasi2 di atas, yang mencakup Laban Rata rest house dengan kapasitas 60 beds, Gunting Lagadan Hut dengan kapasitas juga 60 beds, Waras Hut dengan 8 beds, dan Panar Laban Hut dengan 8 beds juga.  

Semua pendaki dapat 4 kupon makan yaitu untuk Day 1 Lunch, Day 1 Dinner, Day 2 Breakfast, Day 2 Lunch. Disamping itu juga setiap pendaki mendapatkan badge yang harus digantung di leher terutama saat melewati check point, di badge tersebut tercantum nama kita dan no. Turidho dapat badge dengan nama MOCH TURIDHO lengkap dengan tulisan tanggal pendakian yaitu 19 May, 2008 – nomor AN 19 (001), sedangkan REFILAISA nomor AN 19 (004).

Contoh badge yang dibagikan kepada semua pendaki

 

Setelah urusan pendaftaran dan pembayaran selesai, dilanjutkan dengan melapor di kantor sebelah untuk mendapatkan nama guide yang diassign untuk kami. Nama guide kami adalah Rayner Langgim. Sleeping bag Turidho tidak jadi dibawa mendaki karena berdasarkan saran dari pihak SSL bahwa sleeping bag tidak diperlukan di atas karena akomodasi di atas sudah dilengkapi dg selimut. Karena itulah kemudian sleeping pindah tangan ke Ningsih untuk ikut nginap di Peak Lodge.

Kiri – Berpose sambil menyantap bekal setelah selesai urusan pendaftaran.

Kanan – Pemandangan Peak Lodge, yang merupakan akomodasi utk team

pendukung selama menanti di Timpohon. 

 

Usai menyantap bekal sarapan pagi, dan salam2 dengan tim pendukung yang akan ditinggal di bungalow Peak Lodge, jam 10:05 dengan bus yang RM 6 / orang para pendaki diangkut hingga ke tempat start pendakian yang kira2 ditempuh sekitar 15 menit. Turun dari bus, pendaki pun melewati gerbang SELAMAT MENDAKI.

Wajah2 ceria sebelum mulai pendakian.

Dari kiri ke kanan: Syaiful Amri, Yeni, Turidho, Refilaisa, Win.


Dan dengan diawali baca doa bersama yang dipimpin oleh Turidho maka tercatat jam 10:25 mulailah xpdc gunung Kinabalu ini dilaksanakan. Trail awal sebagian besar menurun hingga sampai ke air terjun Carson Fall.

Jam menunjukkan pukul 10:35 ketika kami melewati air terjun Carson ini. Setelah air terjun ini perjalanan kemudian dominan menanjak.

Berpose dengan latar belakang air terjun Carson Fall

 

Jam 10:40 melewati tanda KM 0.5 (1935m).

Jam 10:57 tiba di pondok Kandis yang merupakan pondok pertama, dg ketinggian 1981.7m.

 

Setelah 6 menit istirahat di pondok ini, perjalananpun dilanjutkan hingga sampai ke tanda KM 1.0 (2039m) ketika jarum jam menunjukkan jam 11:04.

Jam 11:18 tiba di pondok Ubah (2081.4m). Trail di awal2 pendakian ini menapaki batuan metamorf yang sebagian besar sudah lapuk.

 

Setelah istirahat di pondok Ubah ini selama 7 menit, perjalananpun dilanjutkan. Jam 11:32 melewati tanda KM 1.5 (2164m). Melewati tanda ini trail kemudian menurun. Wah ..bonus..bonus..bonus nich. Tapi lho cuma sebentar, kemudian trail pun nanjak dan nanjak terus hingga ke puncak!!!

Jam 11:45 melewati tanda KM 2.0 (2252m).

Jam 11:55 tiba di pondok Lowii (2267.4m). Sampai pondok Lowii ini rombongan masih utuh bersatu. 

Setelah pondok Lowii mulailah rombongan terpecah. Syaiful Amri, Refilaisa, dan Turidho perlahan tapi pasti mulai meninggalkan Win, Yeni, dan Rayner.

Perlu dicatat bahwa memang sarana serta infra struktur sepanjang trail pendakian Kinabalu ini sudah betul2 well managed, dengan house keeping yang baik sehingga paket pendakian Kinabalu ini amat layak dijual. Trail terpelihara, untuk tempat2 yang bahaya, yang di sisi2nya ada jurang, dipasang hand rail. Untuk trail yang curam, dipasang trap / tangga dari kayu yang senantiasa terawat. Di setiap pondok perhentian, terdapat kran air “untreated water” yang aman2 saja ditenggak, itulah sebabnya pendaki tidak perlu membawa banyak bekal air minum hingga ber-botol2. Pantas saja gn Kinabalu ini setiap hari didaki oleh tidak kurang 100 pendaki, yang berasal dari macam2 negara, ada yang dari Jepang, China, Austria, Jerman, Australia, dan …Indonesia.

Yang perlu dicatat lagi bahwa sepanjang peak trails, dari awal pendakian hingga puncak gn Kinabalu, kami masih bisa ber HP ria karena signal ada terus. Sampai sampai Turidho di telpon urusan kantor.

 

Seringkali berpapasan dengan pendaki yang sedang turun.

Yeni sang WONDER WOMAN nampak sudah mulai loyo. 

 

Kalau di trail gn Kerinci ada tikus yang mengais sisa2 makanan pendaki, dan trail gn Tambora ada jelatang yang merobek tangan atau kaki yang berusaha menyentuhnya serta meninggalkan rasa panas,  maka di trail Kinabalu kita jumpai banyak tupai, terutama di setiap pondok perhentian. Tupai2 ini tahu saja bahwa para pendaki akan berbagi sebagian bekalnya dengan mereka ketika para pendaki beristirahat di pondok peristirahatan.

Refilaisa sedang bercumbu dengan seekor tupai.

 

Di pondok Lowii inilah kami jumpa dengan group 3 orang Australia yang mendaki gn Kinabalu dalam 1 hari saja, dari Timpohon, Laban Rata, langsung ke peak, dan kembali turun ke Timpohon.

Jam 12:10 meninggalkan pondok Lowii, tidak berapa jauh kemudian jumpa dengan cabang jalan yang menuju antenna relai TV / FM. Letak stasiun ini tertulis 0.8 km dari trail.

Jam 12:22 melewati tanda KM 2.5 (2350m).

Jam 12:38 melewati tanda KM 3.0 (2455m).

Jam 12:55 sampai di pondok Mempening (KM 3.3). Disinilah berjumpa porter yang membawa turun sampah dapur dari Laban Rata seberat lebih dari 100 kg, sampai2 tidak terangkat oleh Refil ketika dia  mencoba mengangkatnya.

Jam 13:15 melanjutkan perjalanan, dan jam 13:28 melewati tanda KM 3.5 (2634m). Pada jam2 seginilah penyakit muncul yaitu ngantuk berat. Hari gene.. mendaki gunung sambil ngantuk.. itulah yang terjadi se tidak2nya pada Turidho. Siang hari dengan angin semilir meniup, jadi  .. siapa takut ngantuk?? Jadilah menapak trail sambil sesekali mata terpejam. Alhamdulillah serangan ini tak berapa lama kemudian hilang.

Cape, letih, ….ngantuk!!  Para pendaki sejenak melepaskan lelah.

Tampak pendaki lain sedang turun.

 

Jam 13:57 Turidho, Syaiful, dan Refilaisa tiba di pondok Layang Layang. Pondok ini termasuk pondok yang terbesar karena disini juga terdapat rumah untuk para raiders dg beberapa kamar tidur, dapur, toilet, dan… pesawat tv. Hanya dengan antenna seadanya, konon pesawat tv ini bisa menangkap siaran dari TV Brunei juga. Tidak setiap malam akan ada raider yang menginap disini, malam itu juga kebetulan tidak akan ada raiders yang akan menginap disini. Pondok Layang2 ini merupakan pondok terdekat dengan titik pertemuan trail yang bermula dari Timpohon dan Mesilau. Pondok inipun biasanya merupakan pondok terjauh yang ditempuh oleh para pelancong yang memang tidak berencana untuk mendaki hingga puncak. Setelah sampai di pondok ini, maka kelompok ini biasanya kembali menyusuri trail yang sama menuju kembali ke Timpohon gate.

Di pondok Layang2 ini kami menyantap bekal yang dibawa. Selesai santap siang, Turidho, Syaiful, dan Refilaisa; atas ijin dan keramahan dari para raiders yang saat itu ada di wisma raiders pondok Layang2 ini, diperbolehkan melakukan sholat jama dhuhur dan Ashar di dalam wisma raiders ini. Wow.. terasa amat sangat dingin rasa air ketika wudhu… Dari bincang2 dengan para raiders yang ada di pondok Layang Layang ini, diperoleh pengetahuan tentang suku2 dari penduduk Sabah. Informasi yang berhasil dibaca sebelumnya menyebutkan bahwa ada 3 suku disini, yaitu Kadazans / Dusuns, Bajaus, dan Muruts. Suku yang populasinya terbesar adalah Kadazans / Dusuns. Yang bekerja di sektor wisata gn Kinabalu, baik porter maupun guide, sebagian besar adalah orang2 suku Dusun ini. Karena itulah jika kita menebak suku dari pekerja yang tergabung dalam SSL, maka hampir pasti 100% benar jika kita menebaknya suku Dusun.  

Jam 14:35 Win, Yeni, dan Rayner sampai di pondok Layang Layang ini. Sebelum tiba di pondok Layang2 ini, mereka sempat bertemu dengan rombongan orang malaysia yang terpaksa turun balik karena salah satu anggotanya kakinya terkilir. Dari anggota rombongan Malaysia ini pula diperoleh informasi bahwa jika pendaki mengalami kecelakaan, kita bisa minta guide untuk call service tandu dari Laban Rata, atau bisa juga call helicopter asal mampu membayar RM 60 per menit ¡!!! Ingin tahu itung2an biaya jika tapakso pakai chopper? OK, waktu tempuh yang dibutuhkan chopper dari  basenya katakanlah 20 menit, pulang balik 40 menit, jadi doku yang harus disiapkan kira2 adalah = 20 X 2 X RM 60 = RM 2400.  Ini baru ongkos transportasi choppernya belum ongkos penanganan medis dsb, sehingga kalau nangadong hepeng mendingan yang selamat aja dech. 

Pada trail sebelum sampai pondok Layang2 ini, Yeni yang memang seorang dokter ternyata tidak begitu saja bisa melupakan profesinya. Terbukti saat menjumpai seorang pendaki yang kram kakinya, dia spontan memberikan pertolongan medis. Tapi terus terang saja agak diragukan, apakah ini persoalan panggilan profesi ataukah naluri bisnis. Namun ketika ternyata memang tidak ada imbalan uang yang diterima olehnya dari aksinya ini (itu se tidak2nya yang konon terjadi, meski kebenarannya juga diragukan karena kami sama sekali tidak menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri), maka nampaknya kami harus percaya bahwa aksinya itu adalah semata karena naluri profesinya belaka.

Entah karena tenaganya tersedot akibat upaya penyembuhan tsb, tapi yang jelas di pondok Layang2 ini Yeni sempat melontarkan niatnya untuk ditinggalkan disini saja, karena sudah merasa kepayahan yang sangat. Tapi Rayner mencoba menguatkan semangat Yeni dengan mengatakan disini akan tidak ada orang malam ini, dan ..ibu pasti bisa!!!! Dengan dorongan2 semacam ini alhamdulillah Yeni si WONDER WOMAN bisa menuntaskan perjalanannya hingga Laban Rata rest house.

Mengingat ritme perjalanan dari awal pendakian hingga pondok Layang2 ini, maka Reyner menyarankan kepada kami bertiga untuk melanjutkan perjalanan saja dulu tanpa harus ber-sama2 dengan Win, Yeni dan Reyner. Dengan mempertimbangkan berbagai hal, serta mendengar saran Reyner tersebut maka Jam 14:55 Turidho yang dijuluki oleh si wonder woman ini sebagai HANTU GUNUNG, ber-sama2 dengan Syaiful dan Refilaisa, meninggalkan pondok Layang2 melanjutkan perjalanan ke Laban Rata.

Begitu meninggalkan Pondok Layang2 ini langsung kami dihadapkan kepada jalan yang terjal mendaki. Dan tak berapa lama kemudian sampailah kami di titik pertemuan 2 trails, yang masing2 bermula dari Timpohon dan Mesilau. Bongkahan bebatuan yang berserakan menutupi dataran yang merupakan titik temu 2 trails ini.

 

Pada trail yang terjal seperti ini, dipasang tali dan tangga kayu.

Yang cukup membantu pendaki

 

Sepanjang perjalanan terdapat perobahan secara gradual dari jenis batuan yang tersingkap, dimana makin ke atas batuan yang tersingkap berobah dari jenis metamorf ke batuan beku granit. Makin ke atas pula, kandungan mineral mafix pada batuan bekunya makin banyak. 

Jam 14:57 melewati tanda KM 4.0 (2745m). Cuaca nampak mulai tidak bersahabat, hujan gerimis mulai turun, di bawah keadaan inilah pada jam 15:40 kami si tiga sekawan sampai di pondok Villosa.

 

Saat gerimis mulai mereda, rasa dinginpun melanda

(lokasi: sekitar Pondok Villosa)

 

Sebagaimana disebutkan di muka bahwa air cukup melimpah di gn Kinabalu ini, air ini berasal dari sumber yang ada di atas dan dialirkan ke bawah melalui pipa ¾ inches. Pipa ini terletak berdampingan dengan pipa yang membungkus arus listrik dari bawah untuk keperluan di atas.

Setelah menunggu hingga gerimis agak reda, maka jam 16:02 kami melanjutkan perjalanan meninggalkan pondok Villosa, dan jam 16:25 sampailah di pondok Paka.

Istirahat 10 menit di pondok Paka, jam 16:35 melanjutkan perjalanan. Dua menit kemudian, jam 16:37, tanda KM 5.5 (3137m) dilewati.   

Dan ketika jam menunjukkan pukul 17:15, setelah melewati pondok Waras sampailah kami bertiga di Laban Rata rest house (3273m). Alhamdulillah satu tahapan terlampaui sudah. Saat kami tiba, temperature di Laban Rata 11.30 C.

Setiba di rest house Laban Rata, kamipun lapor ke receptionist, dan alhamdulillah saat itu diberitahu bahwa kami dapat akomodasi di Laban Rata, tidak di Gunting Lagadan sebagaimana informasi semula yang kami terima dari bagian pendaftaran di Timpohon. Di Laban Rata ini kami menempati kamar 03, yang dilengkapi dengan heater, dan 4 tempat tidur yang masing2 ber tingkat 2 sehingga bisa ditempati maksimal 8 orang. Wah beruntung sekali karena kalau kami jadi ditempatkan di Gunting Lagadan maka kami harus jalan kaki lagi dari Laban Rata ini sejauh +/- 150 meter. Bisa dibayangkan bolak balik Gunting Lagadan dan Laban Rata jika hendak makan. Sampai malam 3 orang room mate lagi yang semestinya menempati room 3 tidak kunjung datang sehingga kamar yang berkapasitas 8 orang itu akhirnya malam itu hanya ditempati oleh 5 orang saja.

Room 3 @ Laban Rata rest house.

Tampak heater yang berfungsi sebagai pemanas ruangan.

 

Letak kamar no 3 ini yang ternyata persis dekat shared bath room pun terasa sebagai rakhmat yang patut disyukuri karena tidak perlu jalan jauh untuk mencapai kamar mandi ini. Juga untuk mencek apakah ada kamar mandi yang available, kita tidak kesulitan karena untuk itu kita cukup jalan beberapa meter saja. Ada 4 ruangan di kamar mandi ini dimana yang 2 adalah khusus untuk mandi, dg shower, air panas dan dingin. Sedangkan yang 2 lagi adalah toilet dengan kloset duduk. Akan halnya heater yang ada di kamar tidur, mulai beroperasi jam 08:00PM.  Turidho yang memilih tempat tidur di pojok dekat heater, memanfaatkan udara panas heater ini untuk mengeringkan kaos kaki serta sepatu yang sudah agak basah. Setelah minum2 dan menyantap pisang goreng yang tersedia di rest house ini, kami masuk kamar 03 dan siap2 mandi serta sholat. Usai sholat, turun lagi untuk menyantap makan malam. Wah, betul2 “mewah” makanannya dan sistimnya itu lho…buffet yg all you can eat, jadi sikat terus selagi perut masih mau terima..!!!! Ada menu melayu dan menu bule, lengkap dg soup dan rotinya serta salad dengan thousand island nya. Terasa kemudian bahwa uang akomodasi RM 208 yang tadinya terasa mahal jadi terasa reasonable. Bagi yang tidak berniat menginap disini maka bila akan menikmati santapan disini, maka satu kali makan dihargai RM 45 (lunch & dinner) dan  breakfast RM 25. Sama harganya dengan di café Bolsom di Timpohon.

Buffet style..all you can eat.

Sikat terus selagi perut masih mau terima.

 

Jam 18:30 Win, Yeni, dan Rayner tiba di rest house Laban Rata, alhamdulillah. Konon sepanjang perjalanan Yeni yang kepayahan dibantu dari depan dengan tarikan oleh Reyner dan dari belakang dengan dorongan oleh Win, istilah Yeni sendiri..persis seperti mendorong bus way mogok!!!!

Yeni yang sudah kepayahan pun “nyasar” ke kamar mandi cowok. Entah betul nyasar atau memang sengaja memanfaatkan kesempatan, yang jelas ketika diingatkan oleh sang misua akan kekeliruan itu, Yeni pun tetap saja merasa nyaman “melaksanakan hajatnya” di kamar mandi cowok!!!

Setelah semua beres, bersih2 diri, turunlah kami kembali ke tempat makan dengan tujuan hendak makan malam. Eh tahunya makan malam hanya sampai dengan jam 10:00 PM saja, padahal saat itu sudah lewat jam 10:00. Ya apa boleh buat, kamipun rela hanya menikmati soup mie karena hanya inilah yang bisa dipesan saat itu, inipun dengan “kerelaan” sang koki. Wow..tapi satu orang dapat semangkuk besar sop mie ini, porsi yang terlalu besar bagi kami semua. Hampir semua dari kami tidak bisa menghabiskan porsi sop mie ini.

Malam itu juga Turidho kirimkan berita lewat sms kepada NIS, Dump Shit, I Don’t Know, Basket Case, BJ, JOKER, dan AA perihal keadaan kami saat itu.

Saat melakukan persiapan untuk pendakian ke puncak keesokan harinya, saat itulah Syaiful baru sadar bahwa lampu senter yang baru dibeli di KL tertinggal di Timpohon. Untung Turidho membawa extra sehingga amanlah Syaiful.

 

Selasa 20 Mei 2008         

Memang benar untuk bangun pagi sebelum pendakian ke puncak kita tidak perlu pasang alarm, terbukti bahwa pada pagi itu kami otomatis terbangun karena mendengar suara2 gaduh orang2 mempersiapkan diri, apalagi kamar kami dekat dengan shared bath room. Karena kegaduhan2 seperti itu pula maka jam 02:00 praktis kami terbangun. Mengingat pengalaman2 dalam pendakian2 gunung sebelumnya dimana sangat sulit sekali menjumpai tempat melaksanakan “rutinitas pagi” di puncak gunung, padahal kita berada di puncak biasanya adalah saat2 kita biasanya melaksanakan “rutinitas pagi” tsb, maka ketika di shared bath room Turidho “memaksakan diri” untuk bisa  melaksanakan “ritual pagi”nya. Alhamdulillah berhasil!!!

Turidho juga melaksanakan sholat tahajud dahulu sebelum turun ke restaurant untuk minum2 panas. Saat itu beberapa kelompok pendaki sudah ada yang berangkat. Kelompok2 pendaki meninggalkan Laban Rata secara ber-angsur2, tidak bersamaan berangkatnya, tergantung siapnya masing2.

 

Minum2 panas. Siap2 sebelum summit attacks

 

Usai minum2 panas, dengan diawali doa bersama, jam 02:45 regu kami bergerak meninggalkan Laban Rata menuju puncak. Temperature di Laban Rata saat itu 9.20 C. Urutan berjalan kami susun dari depan ke belakang sbb: Rayner, Win, Turidho, Refil, dan Syaiful. Rasanya saat itu sama dengan saat kita mengikuti kegiatan pramuka “jurit malam”, dimana peserta berbaris dan masing2 memegang senter.    

Trail dari awal sudah menanjak, dan melewati bebatuan yang di beberapa tempat basah karena aliran air. Kira2 150 meter sampailah kami ke pelataran Gunting Lagadan hut, tempat akomodasi dimana semula kami akan ditempatkan. Kamipun kembali bersyukur bisa dipindahkan ke Laban Rata. Seperti biasanya, meski dari awal sudah disusun rapi barisannya, tapi karena dalam perjalanan ada saja yang memerlukan istirahat sedang yang lainnya menginginkan jalan terus maka secara pelan tapi pasti terjadilah saling dahulu mendahului. Beberapa bagian trail menanjak dengan slope 30 – 60 derajat, untuk trail yang terjal seperti ini dipasang tangga kayu lengkap dengan hand railnya. Ada yang tangganya panjang sekali sehingga kami menyebutnya tangga seribu.

 

Tangga kayu lengkap dg hand railnya, yang dipasang di trail yang terjal

 

Jam 03:50 mulailah jumpa dengan tali, dan Rayner pun berucap there will be rope all the way to peak!! Ya, itu karena trail sebagian besar dengan kemiringan yang curam dan melewati bebatuan sehingga adanya tali ini mempermudah pendaki menapaki trail. Juga sekaligus sebagai petunjuk arah karena trail di atas batu2 tidak akan meninggalkan jejak yang membantu pendaki mengikuti trail yang benar.

Jam 04:10 melewati tanda KM 7.

Jam 04:15 sampailah di check point terakhir di Sayat Sayat hut.  Di check point ini bagde diperiksa dan nama kita di check mark di daftar nama pendaki. Sungguh praktek administrasi yang patut dicontoh, untuk memudahkan mentrack apakah pendaki selamat sampai turun kembali.

Jam 05:10 melewati tanda KM 8.0 (3929m). Seperti biasanya, saat itu kejenuhan dan kelelahan pun menerpa. Apalagi selalu terlihat lampu2 sorot rombongan pendaki terdepan, yang nampak jauh sekali.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 05:50 Turidho menginjakkan kakinya di Peak, Alhamdulillah ya Allah swt, Kau telah memperkenankan hambaMu yang lemah ini untuk menginjakkan kaki di puncak gunung ciptaanMu. Sungguh kecil diri ini ya Allah, ampunilah Kami dan kuatkanlah hati kami untuk senantiasa istiqomah di jalanMu.

 

Turidho di puncak gn Kinabalu, alhamdulillah (20 Mei 2008 jam 05:50)

 

Ada 2 papan besi tertancap di puncak gunung ini, yang pertama adalah papan bertuliskan

TAMAN KINABALU LOW’S PEAK

            4095.2 M

    

Papan besi yang kedua bertuliskan kalimat yang agak panjang, dengan bahasa yang sama sekali tidak bisa dimengerti, yaitu:

 

                                    ID KAHANDAMAN DI

                                    GUNTING BIN LAGADA

                                    HUGUAN MANA – NAN VO

                                    10 NULUHON KINABALU

                                    1888 – 1966

Saat Turidho ber-foto2 di puncak ini, orang2 surprise melihat t shirt yang dikenakan Turidho saat itu, yang bertuliskan Mt Kinabalu 4095 m lengkap dengan tanggal hari itu, 20 May 2008. Ya tanggal hari itu ¡!!! Wow.. today tshirt.. demikian komentar mereka. Wah koq nggak terpikir untuk membuat persediaan banyak dan dijual disini, tentu banyak yang akan beli. Pikiran bisnis yang muncul terlambat….

Pemandangan sekeliling dari puncak ini sungguh keren, dan itulah yang ditulis oleh Win dalam emailnya ke anggota RH3. Yaswier BASKET CASE Syarkawi pun dalam emailnya tertanggal 3 Juni 2008 menulis  ..sampai ngeces aja.. me-lihat foto2 kami. Katanya nyesal ndak ikut.

Kiri – Win beraksi dg kamera dan talinya…

Kanan – subhanallah.. pemandangan di atas memang elok nian.

 

Tri Joko JOKER Waskito pun, setelah melihat foto2 tsb, berkomentar dalam emailnya tertanggal 3 Juni 2008 juga, …. Wuah, keren abis .... macam naik ke puncak Everest yang di Discovery .....Loh, ternyata ada 5 orang, to ??? Ibu siapa yang ikut naik ??? Saluuute. Omong2 Kinabalu, apa kawahnya masih aktive, ya ?? Jadi ngeces juga macam BC, cuman apa masih kuwat nanjak kesana ?? Perlu latihan setahun, nih ..... wong jantung dan segala onderdil sudah pada reyot … (email 3 Juni 2008).

Menjawab pertanyaan JOKER perihal kawah Kinabalu, perlu kiranya disampaikan penjelasan lebih dahulu mengenai geologi gn Kinabalu ini.

Gunung Kinabalu terbentuk dari intrusi granodiorit. Di bagian tengah dari intrusi ini batuannya adalah hornblende adamellite yang diselimuti disekelilingnya oleh adamellite porphyry. Beberapa sattelite stock terdapat di bagian timur dan timur laut  inti intrusinya (pluton) yang menembus batuan sekitarnya yang merupakan Formasi Crocker dan Trusmadi, dan sedikit opiolit. Jacobus dalam laporannya th 1970 menyebutkan bahwa berdasarkan pengukuran radiometrik, batu granit disini umurnya 12 – 10 juta tahun (Miosen Atas). Sedangkan Swagger dalam studi terbarunya,  menyebutkan bahwa berdasarkan K-Ar dan pengukuran fission track nya, granodiorit gn Kinabalu diintrusikan pada jaman Miosen Tengah (10 – 13.7 juta tahun). Sesungguhnya asal muasal intrusi gn Kinabalu dengan batuan stocks yang merupakan asosiasinya sampai saat ini masih teka teki. Adanya magnetic menandakan granitnya adalah tipe 1, dan menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan arc, tetapi tidak adanya volcanics arc (busur volkanis) di daerah ini menyimpulkan hal yang berlawanan dengan itu. Menurut Hutchison (1989) granit Kinabalu merupakan hasil dari underthrusting lapisan kelompok batuan Rajang yang pembentukan magmanya berkaitan dengan panas yang timbul di zona thrust. Penelitian terbaru yang dilakukan Swager dkk menyimpulkan bahwa intrusi Kinabalu adalah berhubungan dengan aktifitas penunjaman paparan Dangerous Ground di Laut China Selatan di jaman Oligosen. Hipotesa yang lain tentang pembentukan gn Kinabalu ini dikemukakan oleh Chakraborty th 1990. Tektonik yang terjadi pada jaman Mesozoikum Awal di semenanjung Malaysia melibatkan tektonik strike – slip, crustal extention dan penipisan mantle plume yang tersusun dari material samudra, dan menciptakan panas lokal yang cukup untuk melelehkan kerak yang tipis.

OK, kesimpulan dari penjelasan yang ngegeologi sekali itu, dan yang potentially malah membuat pusing ... bingung..?? terlalu ilmiah..?? adalah bahwa pembentukan Gn Kinabalu yang Turidho yakini adalah alternatif yang dikemukakan mas Chakraboty di atas, yaitu akibat penunjaman lempeng. Yang menyebabkan ada bagian yang men-cotot!!! Dan itulah gn Kinabalu. Dan itulah kenapa tidak ada bau belerangnya, dan itulah kenapa tidak dijumpai lobang kawahnya, dan itulah kenapa tidak ada sedikitpun gejala ngeces..ces..ces.. Semoga dengan penjelasan ini JOKER still alive...Eh, karena itu pula Turidho tidak menyebut Kinabalu itu sebagai gunung dalam artian umum. Dan ketika Turidho menyatakan hal itu dihadapan Syaiful, diapun spontan protes. Eh bagaimana ini, wong jelas2 dalam publikasi resmi disebutkan gunung Kinabalu, kok sekarang dikatakan bukan gunung..???       

Kembali ke cerita ekspedisi. Setelah puas foto2, dan menunggu rekan2 lain tapi tak kunjung tiba, maka jam 06:04 Turidho bergerak turun guna mencari tempat untuk melaksanakan sholat subuh. Belum begitu jauh dari puncak tampak Syaiful pelan tapi pasti mendekati puncak… selamat!!!

 

Syaiful Amri di puncak Gn Kinabalu (20 Mei 2008 jam 06:05)

 

Wrrr dinginnya kaki ini saat Turidho buka sepatu dan hanya beralaskan kaos kaki di atas bebatuan ketika menunaikan sholat subuh.

Selesai sholat subuh, Turidho naik lagi ke puncak untuk ber-foto2 dengan Syaiful. Puas ber-foto2, kami berdua turun, dan Syaiful pun melaksanakan sholat subuh di tempat Turidho sholat sebelumnya. Entah belajar dari pengalaman Turidho yang kedinginan atau karena pengalaman sendiri saat pendakian2 sebelumnya, maka Syaiful sholat dengan sepatu masih tetap terpasang di kakinya.

 

Khusyu’ melaksanakan kewajiban sholat subuh,

dzikrullah di puncak ciptaanNya. 

 

Jam 06:35 kami berdua mulai bergerak menuruni puncak. Total 45 menit berada di daerah puncak.

Jam 06:40 berpapasan dengan Win dan Rayner yang sedang berjuang menuntaskan perjalanannya ke puncak.

Wajah bahagia Win yang berhasil menginjakkan kakinya di puncak Gn Kinabalu

 

Jam 06:42 berpapasan dengan Refilaisa yang juga sedang berusaha mewujudkan niatnya menjejakkan kakinya di puncak gn Kinabalu. Konon sebelumnya, yaitu sekitar jam 06:00, KB melaksanakan sholat subuh, juga dengan tanpa membuka sepatu. Refilaisa yang memang kondisinya sedang tidak fit saat pendakian ini, tidak bisa menyembunyikan kepayahannya. Kenampakan inilah yang menyebabkan guide Rayner sempat menyarankan supaya Refilaisa tidak melanjutkan pendakian, dengan membujuk bahwa sampai disini juga sudah dapat “sertipikat” . Ini diucapkannya dalam bhs Malaysia, atau bahasa Dusun..?? Yang jelas Refil kretika itu tidak tau apa maksudnya. Konon Refilaisa menjawab dalam hati, “ saya harus sampai di puncak, walaupun turunnya nanti pakai tandu”. Alhamdulilah setelah matahari terbit, kondisi Refil berangsur pulih, dan tidak jadi naik tandu. Mungkin akibat tuah dari namanya yang Refil, maka setelah isi ulang tenagapun datang.

 

 

Akhirnya….!!!! Wajah penuh kepuasan Refilaisa di puncak Gn Kinabalu

 

Hari mulai terang, keindahan gunungpun makin terlihat. Sepanjang perjalanan turun kami ber foto2. Batu yang kami injak saat mendaki kini terlihat jelas. Nampak batuannya masih dominan batuan beku tapi dengan mineral  mafix yang banyak. Ada juga batuan metasedimen dengan fosil yang abundant.

Kiri – Syaiful dan Turidho berpose di KM 8.0; elevasi 3929m.

Kanan – Syaiful berpose dengan latar belakang Laban Rata rest house (object warna putih)

 

Jam 07:23 sampailah Syaiful dan Turidho di check point Sayat Sayat hut. Kembali nama kami yang tertera di buku administrasi pendaki dicheck mark tanda sudah turun. Menurut catatan petugas disana, hari itu tercatat jumlah pendaki 175 orang, dan 167 orang yang melewati Sayat Sayat hut. Artinya memang ada beberapa orang yang hanya sampai Laban Rata, atau mungkin hanya sampai pondok Layang Layang. Komunikasi dengan fax atau mungkin email dari kantor di Timpohon ke Laban Rata nampaknya lancar, terbukti data2 pendaki dari Timpohon, dan juga pasti dari Mesilau, cepat sampai di Laban Rata. Iseng2 Turidho tanya juga ke petugas di Sayat Sayat hut mengenai waktu yang dibutuhkan dari Sayat Sayat hut ke Laban Rata. Jawabanya, biasanya ditempuh dalam 15 – 20 menit saja, tapi yang normal adalah 45 menit.

Setelah cukup istirahat di Sayat Sayat hut ini, Turidho dan Syaiful melanjutkan perjalanannya ke Laban Rata. Dengan menikmati tali sepanjang trail, dan se kali2 bergelantungan di tali tsb jika medan memungkinkan, setelah melewati tangga seribu dan pelataran Gunting Lagadan hut kami tiba di Laban Rata jam 08:15. Ya…..45 menit juga waktu tempuh Sayat Sayat hut -  Laban Rata.

 

Enjoy bermain tali. Untuk trail yang dekat puncak, keberadaan tali mempunyai

2 fungsi, yaitu membantu pendaki melewati trail yang terjal, dan sekaligus sebagai petunjuk jalan.

 

Setelah minum2 dahulu di ruang makan, kamipun ke atas untuk meletakkan ransel yang berisi peralatan pendakian, jumpa Yeni yang masih “acak2an” tergolek di tempat tidur. Sang Wonder Woman pun mengucap selamat pada kami yang telah berhasil mencapai puncak. Namun tidak bisa ditutupi kecemasannya ketika mengetahui sang misua tidak tiba sama2. Apalagi setelah menit berlalu, jampun berganti, yang dinanti tak kunjung muncul, Turidho atau Syaiful yang mosak masuk kamar pun dikira yang dinanti tiba, tak ayal penantian pun jadi terasa panjang baginya. Yang hampir pasti, di hatinya saat itu tidak ada rasa cemburu, yang ada hanya cemas..mas..mas..mas…!!! Bagaimana mau cemburu wong dia tahu persis di atas sana tidak ada mall, café, atau …panti pijat!!! Yeni cemas, Syaifulpun gelisah. Bagaimana tidak gelisah, karena waktu berjalan terus, sedangkan rencana kita akan meninggalkan Laban Rata jam 10:00 agar supaya sampai di Timpohon sekitar jam 14:00 seperti yang telah diberitakan kepada support team yang menunggu di Timpohon, nampaknya tidak bisa direalisasikan. Mana check out time di Laban Rata ini pula adalah jam 10:00. Akan halnya support team, mereka juga harus check out dari Peak Lodge jam 10:00 pula. Tadinya kami menyarankan mereka untuk check out dan langsung menuju ke hotel yang sudah dipesan di Kota Kinabalu. Tapi karena “kesulitan” mendapatkan transportasi maka mereka memutuskan akan menunggu saja di HQ Timpohon Park hingga rombongan pendaki tiba dan akan sama2 menuju ke Kota Kinabalu. Setelah check out dari Peak Lodge, untuk menuju ke HQ Timpohon park mereka harus menyewa kendaraan pula, meski jaraknya tidak jauh namun tidak juga bisa dikatakan dekat, apalagi sebagian besar adalah ibu2 dengan koper2 yang cukup banyak. Alhamdulillah saat pindahan dari Peak Lodge ini, Ningsih cukup kreatif untuk menanyakan kesediaan sopir guna mengangkut semua anggota rombongan nantinya hingga ke kota Kinabalu. Negoitation pun berlangsung dan..RM 150 deal!!! Pak sopir, yang bernama Syaiful (bukan Syaiful Paranormal lho..!!!), dengan kendaraan tipe van, bersedia mengantarkan kami hingga kota Kinabalu kapanpun rombongan siap, tinggal telpon dia karena konon rumahnya memang di daerah itu.

Syaiful Paranormal adalah orang yang senantiasa berkomunikasi dengan support group ini karena dia pakai kartu malaisia dan di sebelah sana Ningsih juga pakai kartu malaisia sehingga tidak cepat berkurang pulsanya jika keduanya berkomunikasi. Dari pembicaraan2 sebelumnya telah disampaikan bahwa kita akan mulai turun jam 10:00 sehingga diperkirakan jam 14:00 akan sampai di gerbang Timpohon. Mengingat saat itu sudah diketahui bahwa tidak mungkin kita akan bisa meninggalkan Laban Rata pada jam 10:00, Paranormal pun membayangkan betapa bosan mereka menunggu kami. Dan akan lebih membosankan lagi jika seandainya rombongan pendaki tiba di HQ Timpohon gate lebih sore dari jam 14:00 ini.      

Bukan bermaksud menjiplak kalimat dalam undangan2, maka tanpa mengurangi rasa hormat, ...lho!! sementara Yeni cemas2 harap, Turidho tetap saja beraktifitas sebagaimana yang dikehendaki, yaitu menyempatkan mandi…eunakk teunan.. air panas rek!!! Dan usai mandi terus sarapan.  Juga tak lupa sms rekan2 hasher bahwa kami telah sukses sampai puncak.

Kekhawatiran saat itu adalah kondisi Win dan Refil yang sedang tidak fit. Ketidak fitan mereka mulai terdeteksi pada malam sebelum pendakian. Refil merasa tidak sehat, kepala pusing, dan tidak bisa tidur. Ditambah dengan kurang tidur saat di hotel Tune Kinabalu akibat kepanasan karena ngadatnya AC, maka kondisinya memang tidak fit untuk melakukan pendakian. Demikian juga dengan Win yang juga merasa tidak sehat, malam2 minta tolong digosok. Di kegelapan ruangan, sayup2 Turidho yang saat itu belum terlelap, mendengar suara Win...bang..bang..tolong dong digosokin. Nggak salah nich, kok Yeni dipanggil bang.?? Ataukah memang ada abang abang yang tukang gosok??? Nggak puaskah dia dengan Yeni, lalu berpaling ke abang abang..??? Wah biarin dah, yang terjadi terjadilah, pokoknya saya harus tidur.dur..dur..Dan turidhopun tertidur.  

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 10:35, Win dan Refil serta Rayner menampakkan batang hidungnya di Laban Rata.... Alhamdulillah. Yeni pun, meski tidak dibawakan bunga eidelweis, langsung ber bunga2 menyongsong sang misua. Kecemasanpun sirna, berganti dengan keceriaan. Langsung  “..gimana bang?.. mau ganti baju bang?.. handuk bang?..”

Kami diingatkan Refil bahwa kali ini merupakan prestasi terbaik yang berhasil ditoreh oleh kami sebagai klub, karena baru pada pendakian gn Kinabalu inilah seluruh pendaki bisa mencapai puncak...!!! Iyo pulo...!!! Memang pada pendakian2 sebelumnya selalu saja ada yang gagal sampai puncak.

Syaiful yang ketika itu sedang ada di bawah mendapat penjelasan dari Rayner langsung perihal kondisi Win dan Refil yang menyebabkan sampai di Laban Rata sangat terlambat. Raynerpun menyarankan kepada kami berdua untuk berangkat lebih dahulu meninggalkan Laban Rata. Melihat kondisi, kata Reyner selanjutnya, diperkirakan menjelang malam hari / gelap mereka baru akan sampai di Timpohon gate. 

Dalam kebimbangan antara keinginan untuk tetap turun ber-sama2 di satu sisi, dan mengikuti saran Rayner di lain sisi, maka dengan pertimbangan lain yaitu perlunya menenangkan support team yang tentunya akan lebih memikirkan nasib kami jikalau kami belum ada satupun yang nongol secara fisik di hadapan mereka, serta optimis kami bahwa Rayner akan bisa mengatasi masalahnya jikalau tanpa kamipun, maka Syaiful dan Turidho memutuskan meninggalkan  Laban Rata lebih dahulu. Akan halnya makan pagi bagi Refil dan Win di Laban Rata ini, karena mereka baru tiba jam 10:35 sedangkan makan pagi dibuka hanya sampai jam 10:00 maka kembali mereka harus makan seadanya saja.

 

Group picture di depan Laban Rata rest house sebelum bergerak

turun ke Timpohon park

 

Dengan mengucap bismillah, setelah berfoto2 lebih dahulu dengan seluruh anggota rombongan di depan Laban Rata dengan back ground gn Kinabalu, maka jam 11:10 Syaiful dan Turidho meninggalkan Laban Rata menuju ke Timpohon gate.

Jam 11:30 sampai di pondok Paka.

Jam 11:42 sampai di pondok Villosa. Seperti yang dibayangkan sebelumnya bahwa kita tidak akan kesepian karena saat kita turunpun sering kali kita berpapasan dengan pendaki yang baru naik. Setiap jumpa selalu antara kami berucap hello.. hello.. entah kami lebih dahulu yang mengucapkan itu atau mereka lebih dahulu. Pendeknya itulah tanda kesetia kawanan antar pendaki. Kami jumpa rombongan bule dengan anggota total 36 orang dan guide 7 ter-engah2 naik. Untuk memberi semangat pada mereka Torpedo pun berucap… Well come on, this is the difficult part, after this, you will find the easier part. .. Dengan tersenyum salah satu dari mereka menjawab..that’s actually what we need.. thank you.

Jam 12:12 sampai di pondok Layang Layang. Di pondok ini sempat ngobrol dengan pendaki wanita yang ditemani seorang lelaki. Mereka berasal dari daerah Sabah ini, dan sudah 3 kali mendaki gn Kinabalu.  Ternyata gn Kinabalu memang menarik bagi orang lokal sekalipun. Dalam perjalanan turun itu kami hampir selalu ber-sama2 dengan rombongan anak muda 3 orang, ketiganya adalah orang malaisia. Mereka tampak gesit sekali, turun sambil lari2. Ini mengingatkan kepada anak2 kecil yang menuruni gn Rinjani sambil ber lari2 dan bercanda sementara kami jalan pelan2 menghindari tubuh terjerembab.  

Jam 12:40 sampai di pondok Mempenin.

Jam 13:13 sampai di pondok Lowii.  Rata2 kami hanya berhenti sejenak saja di setiap pondok ini. Waktu yang beberapa jenak ini jika tidak hendak digunakan untuk menenggak bekal minuman, Turidho memerlukannya untuk menulis sesuatu di catatan “kredit”nya.

Jam 13:40 sampai di pondok Ubah. Dan tercatat 5 menit kami berhenti disini sebelum melanjutkan perjalanan.  Dalam perjalanan ke pondok2 berikutnya kerap kali Turidho menantang anak2 muda malais yang akhirnya akrab dengan kami ini, ..can you arrive at the next stop within 10 minutes?  Tentunya dengan nada menantang dan siap berkompetisi..!!! For you 10 minutes, for me 15 minutes OK..???

Jam 14:00 sampailah kami di pondok Kandis.

Dan setelah melewati air terjun Carson, dan menapaki tanjakan bertrap yang kali ini terasa tak kunjung habis, maka jam 14:25 sampailah kami di check point terakhir.  Alhamdulillah XPDC ACCOMPLISHED !!!!

Tanpa berhenti di bangku2 yang tersedia dekat start point pendakian ini, Turidho terus berjalan ke tempat yang diperkirakan ada bus menunggu. Dan ketika ada bus yang stand bye langsung saja Turidho  menaikinya dan langsung mengambil posisi leyeh2 sembari ….“selonjor”. Saat itu masih kosong, hanya Turidho sendirian dengan sopir dalam bus tsb. Tak lama Syaiful sampai juga di lokasi bus tersebut tapi tidak langsung masuk ke bus melainkan sejenak melemaskan kaki dengan keep moving sembari menghirup udara segar di luar bus. Tak berapa lama kemudian datang rombongan pendaki lain, dan tak berapa lama pula bus bergerak menuju HQ Timpohon. Terus terang saja saat itu Turidho menyangka bus itu khusus untuk menjemput rombongan pendaki yang naik secara berombongan itu, namun ketika sampai di tujuan, ketika akan turun Turidho sempat tanya apakah harus bayar, sopir bilang bahwa tidak perlu karena dia sudah melihat badge tanda pendaki yang dikalungkan di leher, konon itu pertanda kita punya hak menaiki bus tanpa harus membayar lagi. 

Sesampai di HQ Timpohon gate, kamipun disambut support team. Namun kebahagiaan kami tidak kami expresikan secara mencolok mengingat ada aura kecemasan di wajah istri Refil ketika mengetahui Refil tidak ikut dalam rombongan yang baru masuk ini. Kami mencoba terus membesarkan hatinya dengan mengatakan Refil aman2 saja kok, insyaAllah keberadaan dia di group terakhir akan membantu kelancaran pergerakan group itu sendiri.

Kekhawatiran kami akan rasa bosan yang melanda support team menjadi terbukti manakala kami ketahui bahwa selama menunggu ber-jam2 mereka semua hanya duduk2 di kursi yang ada di kantor Timpohon. Bayangkan dari jam 10:00, saat mereka harus check out dari Peak Lodge, hingga saat kami tiba yaitu jam 15:00, mereka menunggu dengan fasilitas tunggu yang sama sekali tidak nyaman, kursi dengan alas yang jauh dari empuk, yang jumlahjnyapun amat terbatas. Disanapun tidak dijumpai surau yang bisa untuk merebahkan diri, surau yang ada terletak cukup jauh dari kantor ini, dan karena jauh maka hati enggan untuk kesana. Terima kasih untuk team support semuanya atas kesetiaannya menanti kami dalam suasana yang sama sekali tidak nyaman, dan maafkan jika kami membiarkan menderita selama ber-jam2.

Setelah ganti baju dan celana yang basah karena keringat dalam perjalanan, Turidho mendatangi kantor guide menanyakan no telpon Rayner untuk bisa kami hubungi guna menanyakan keberadaan mereka saat itu. Nomor telpon didapat tapi kami coba hubungi gagal terus. Ya Allah lindungilah mereka, dan jauhkan mereka dari hambatan dan mara bahaya, dan keluarkanlah mereka dari hutan sebelum hari gelap……

Turidho dan Syaiful kemudian mengambil “jatah” makan siang di Bolsom café. Makanan disini sama seperti di Laban Rata, dihidangkan dengan sistim buffet, dan …all you can eat!!! Ada juga onde2, kue yang dilirik ber kali2 oleh Ningsih ketika melewati susunan makanan yang disediakan setiap kali hendak ke toilet, sehingga menerbitkan air liur untuk menelannya. Ketika Turidho dan Syaiful di café tersebut, Ningsihpun datang bersama Emi, dan ..betul.. onde2pun disantap. Hmm kesampaian juga akhirnya.

Usai minum dan makan, kemudian kami sholat jama’ dhuhur dan ashar dengan menggelar sajadah di ruang kantor yang masih dalam tahap pembangunan yang berada di sebelah kanan kantor guide. Lalu menanti dan …menanti. Saat penantian itu kami putuskan untuk membeli sertifikat untuk semua pendaki termasuk Yeni, dalam perkiraan kami tentu mereka tidak akan nolak jika kita belikan sertifikat tsb. Harga sertifikat RM 10 (berwarna, bagi yang sampai ke puncak), dan RM 1 (hitam putih, bagi yang hanya sampai Laban Rata).

Entah tergerak oleh apa, iseng2 kira2 jam 17:25 Ningsih nelpon HPnya Yeni, eh taunya ada jawaban bahwa mereka berempat dengan Rayner sudah sampai di check point terakhir, alhamdulillah. Tidak berapa lama kemudian semua anggota rombongan bergembira karena semuanya sudah berkumpul, lebih2 istri Refilaisa.     

 

Pendaki dan tim support berpose di depan kantor Sutra Sanctuary Lodge dg sertifikat pendakian.

Berdiri di tengah adalah guide Rayner Langgim

 

Ningsihpun segera telpon Syaiful sang driver untuk segera membawa mobilnya ke depan HQ Timpohon ini. Mengingat sudah terlalu malam, maka jatah makan siang Win diambil dalam bentuk box saja untuk dinikmati sesampainya di hotel Kota Kinabalu nantinya.

Setelah foto2 dan speech ucapan terima kasih kepada Rayner, mobil van pun  bergerak menuju kota Kinabalu.

Kira2 2 ½ jam kemudian sampailah di Kota Kinabalu, dan butuh kira2 ¼ jam untuk menemukan hotel Winner. Nah disinilah Refilaisa baru ngeh bin sadar bahwa ternyata restoran MUSLIM yang semula disangka berada di pinggiran kota ternyata letaknya ada di tengah kota, tepatnya di belakang hotel Winner ini. Kontan saja Refilaisa mohon maaf kepada sopir taksi, karena sudah su’uzon. Bagaimana cara dia minta maaf tak taulah awak karena sopir taksinya kan tidak ada saat itu. Mungkin secara telematika, alias telesorry.

Di hotel Winner kami diterima oleh receptionist Amri, orang yang kita hubungi selama ini. Setelah melakukan pembayaran kami langsung check in. Win dan Turidho ambil kamar yang RM 95, Refil ambil kamar yang agak besar yang ratenya RM 110, sedang Syaiful ambil kamar yang RM 65. Ningsih & Turidho, yang kamarnya berhadap2an dengan kamar Win & Yeni, menjumpai A/C nya tidak dingin dan keadaan kamarnya berkesan kotor, segera minta pindah, dan dapat kamar yang sejenis di lantai 5. Kini jadi ber-hadap2an dengan kamar Emi & Syaiful.

 

Winner Hotel Kota Kinabalu

 

Usai taruh barang di kamar masing2, Ningsih, Turidho, Yeni, Des, dan Reza keluar cari makan malam ke  pasar malam yang berlokasi dekat laut, dimana terdapat banyak tenda2, dengan makanan yang beraneka pula, sebagian besar sea food. Ningsih, Turidho, dan Yeni pilih ikan bakar; Des dan Reza pilih bakso / soto.

Ikan bakarnya masih baru, segar, tapi sayang tidak diimbangi dengan rasa bumbunya. Rasanya terasa  nggak berani!!! Padahal penjualnya adalah orang bugis yang terkenal sedap2 masakannya. Itu semua konon karena mereka disini harus menyesuaikan dengan selera orang Sabah yang memang hambar dan.. tidak berani itu lho!!! Akan halnya Des dan Reza, mereka puas karena jumpa dengan makanan yang sesuai dengan seleranya, dan penjualnya adalah ..urang awak!!! Dalam perjalanan pulang ke hotel coba nikmati kelapa muda, penjualnya lagi2 adalah orang bugis. Kepadanya juga kami korek keterangan tentang cara pergi ke P Manukan.

 

Rabu 21 Mei 2008        

Pagi2 kirimkan baju kotor ke laundry kiloan yang ongkosnya adalah RM 4.5 / kg jika tanpa disetrika. Dan sesuai rencana, hari itu kami akan snorkling di P Manukan yang terletak di kawasan Taman Tunku Abdul Rahman. Sebelum meninggalkan hotel, kami check out untuk 3 kamar, sedang kamar Turidho masih kami tahan untuk simpan barang dan istirahat2 usai pulang dari P Manukan nantinya, yaitu saat2 menjelang meninggalkan KK sore harinya, dengan extra charge karena late check out sebesar RM 30.

Refil dan Des ikut, sedangkan Reza tinggal di hotel karena masih ngantuk katanya, Dari hotel jalan kaki, terus..terus..melewati mall, mampir dua bentar di mall ini beli minuman dsb, lalu nyebrang jalan menuju dermaga. Sesampai di sana kami didekati calo yang menawarkan jasanya untuk ke P Manukan, tapi karena dari mulutnya tercium bau minuman keras maka kontan saja kami menjauh, apalagi harga yang ditawarkan muahal sekali. Pikirnya kita akan sewa boat secara private mungkin. Kepada petugas parkir dermaga kamipun menanyakan dimana tempat boat menyeberang ke P Manukan. Berdasarkan petunjuknya kamipun jalan lagi terus ..dan terus.. (ternyata jauh juga ya, mana hari panas lagi). Jalan  dg dibuntuti calo yang tadi yang kini menawarkan paket RM 17 per orang dan pula ditawari naik mobilnya sampai ke jeti. Namun karena sudah curiga lebih dahulu maka kami tak pedulikan tawaran tsb, siapa tahu RM 17 itu mahal. Kamipun jalan terus sampai ke jeti. Dan ternyata ongkos resmi untuk feri ke P Manukan adalah RM 15 / orang …. Wah kalau tahu resminya segini sich pasti tadi kami terima tawaran calo yang menawarkan tumpangan mobilnya. Selain ongkos feri, ada pula fee memasuki pulau sebesar RM 10 per orang (non malaisia, dan RM 6 untuk orang malaisia), dan port tax RM 6 / orang. Atas saran penjual tiket, maka sebelum menaiki feri kami beli dahulu bekal makan siang, konon kalau di pulau harganya akan jauh lebih mahal. Ketika waktunya tiba kamipun berjalan menuju tempat dimana feri berada. Refil dan Des tidak ikut ke pulau karena ternyata tanpa persiapan untuk renang, lagi pula harus menunggu sang adik yang konon siang itu diperkirakan akan sampai di Kota Kinabalu dari Brunei. Karena itu mereka hanya mengantar kami sampai jeti tempat penyeberangan feri ke P Manukan saja, disini pula kita bye bye dengan Refil dan Des.

Di atas boat dalam perjalanan menuju P Manukan

 

Perjalanan sampai ke P Manukan ditempuh selama 15 menit saja. Sesampai di P Manukan, kami diakuinya sebagai orang Malaisia sehingga cuma bayar fee untuk memasuki pulau RM 6 / orang. ..nayamul….!!! Opps, P Manukan ternyata dikelola oleh Sutera Sanctuary Lodge juga !!!!

Kecuali Ningsih, semuanya kemudian menyewa alat snorkling yang satunya adalah RM 10, dan langsung menyeburkan diri ke laut. Di bagian pinggir yang dangkal ternyata lebih banyak ikannya dibanding di bagian yang dalam. Koral tidak banyak disini, hanya ada beberapa, padahal umumnya di koral inilah yang binatang lautnya lebih beraneka ragam dengan warna2 ikan yang indah. Namun terus terang saja kalau bicara mengenai keindahan bawah laut, perairan dekat gili Trawangan di Lombok, atau dekat P Putri di teluk Jakarta masih tergolong lebih indah, apalagi kalau dibandingkan dengan Bunaken!!! P Manukan ini paling mungkin bisa disetarakan dengan P Pangkor yang ada di Negara bagian Perak, tapi rasanya masih kalah dengan Langkawi di Negara bagian Kedah yang ada ikan hiu jinaknya.

Explore bawah laut P Manukan menjadi semakin lengkap karena kamera Win adalah dari jenis under water camera, sehingga bisa ambil gambar dari dalam air. Setelah puas ber snokling ria, lalu santap bekal, dan bilas, kamipun bergegas menuju dermaga karena waktu sudah mendekati pukul 3.

 

Saat2 ceria bersnokling ria. Gambar kanan adalah Yeni si Wonder Woman yang

sedang bernyanyi.. ini jempolku, mana jempolmu..

 

Singkat cerita, tibalah kami kembali di kota Kinabalu, dan sholat jama’ dhuhur  dan ashar di surau yang ada di jeti. Dan dengan angkot kamipun kembali ke daerah Pasar Baru KK dimana hotel WINNER berada. Sebelum tiba di hotel rombongan mampir terlebih dahulu di mall, Turidhopun menyempatkan diri tukar TC di counter May Bank yang ada disini. Kemudian rombongan terbagi dua, para ibu2 mampir dulu di toko membeli souvenir dan ambil laundry, sedang para bapak langsung menuju ke hotel.

Kira2 jam 6PM check out tapi tidak langsung benar2 meninggalkan hotel karena kami masih menitipkan semua kopor disana sementara kami semua mencari makan di restoran seberang jalan, yang memasang meja kursi di alam terbuka dibawah naungan pohon flamboyant. Lokasinya memang riskan, karena setiap saat harus siap sedia piring nasinya kejatuhan putik bunga flamboyant yang sudah kering, dan kadang2 …taik burung!!! Menu yang dipilih ikan bakar, tapi meski ikannya masih segar2 tapi lagi2 tastenya tidak masuk. Dan karena tidak tersedia kecap manis, kamipun akali dengan menambahkan gula. Hasilnya, ikan bakarnya jadi terasa!!!! Turidhopun memberikan score 9 karenanya, tapi Win hanya berani memberi score 7.

Usai makan dan ambil barang2 yang dititipkan di Winner hotel, dengan berjalan kaki kamipun menuju ke terminal bus. Malam itu adalah malam pembukaan nomor lotere nasional, orang2 berkerumun di tempat2 penjualan lotere untuk menyaksikan nomor berapa yang keluar hari itu. Wah ono2 wae wong malaisia ini….

Setiba di terminal bus langsung naik bus yang memang hanya ada satu2nya, dan ternyata bus dengan sopir pak Sitami juga. Bus dengan papan jurusan yang terletak di kaca depan bertuliskan KEPAYAN 17

                                                                                                                         RUMAH MURAH

Wah beruntung, karena Pak Sitami inilah maka bus yang seyogyanya akan mengantar penumpang lain sebelum memasuki bandara 2, malam itu jadi mengantar kami dahulu ke bandara 2. Kamipun disuruh duduk dekat2 dia, dan diapun ber kali dengan bangganya menceritakan perihal kami ke penumpang2 lainnya yang ada di sisi sopir. Katanya…ini lho teman2 dari Indonesia, mereka baru pulang mendaki gn Kinabalu!!!

Saking bangganya sesampai di bandara, Pak Sitami menyempatkan diri ikut turun dan minta berfoto bersama dengan latar belakang busnya, yang saat itu masih banyak penumpang di dalamnya. Namun penumpang tidak ada yang protes akibat ulah sang sopir ini, entah kalau di dalam hati. Terima kasih Pak Sitami..terima kasih sahabat..terima kasih penumpang lainnya, semoga memang semuanya sabar sehingga Allah swt kelak akan memberi pahala karenanya.

 

Di depan bus BANDAR RAYA dengan sopir Pak Sitami (kedua dari kiri)

 

Selesai check in, kami melaksanakan sholat jama’ maghrib dan isya di surau yang ada di ruangan check ini ini.

Jam 21:10 pesawatpun take off.

Jam 23:15 pesawatpun landing di LCCT Kuala Lumpur.  Eh… ternyata sesampai di ruang terminal kita tidak perlu tunggu bagasi karena koper2 kami sudah nongkrong disana. Kopor ini diangkut oleh pesawat Air Asia penerbangan sebelumnya.

Sebelum keluar bandara, kami terlebih dahulu membeli tiket shuttle bus menuju station kereta api KL Central yang RM 8 satu tiket. Di atas pesawat juga dijual tiket shuttle bus ini, tapi yang harganya RM 9.

Karena hari sudah tengah malam maka lalu lintas amat sangat lancar, sehingga tidak berapa lama sampailah di stasiun KA KL Central. Bayangan kami bahwa lokasi hotel Herritage yang menjadi tujuan kami hari itu adalah dekat KL Central ini ternyata meleset. Beberapa orang yang di tengah malam masih bersliweran di KL Central ini, termasuk petugas Security, tidak ada yang bisa menjawab ketika ditanyakan dimana letak hotel Herritage.

 

 Kamis 22 Mei 2008        

 Dini hari di stasiun kereta api KL Central. Untung ada warung Mc Donald yang buka 24 jam, kesanalah kami melangkah, dan disanalah kami berencana menunggu pagi untuk memulai pencarian hotel Heritage.

Dengan order ala kadarnya, kami semua mengambil ancang2 untuk istirahat malam sembari duduk di kursi Mc Donald nan tidak empuk sama sekali. Malam itu bukan kami saja yang melakukan itu, ada beberapa orang, baik yang sendirian maupun berpasangan, menghabiskan sisa waktu malam, menunggu saat melanjutkan perjalanan, dengan duduk2 di Mc Donald tersebut. Ada seorang mahasiswa yang akan pulang berlibur ke Sabah, ada sepasang laki2 perempuan yang nampak pacaran dengan sang wanitanya yang aktif sementara sang pria nampak mengantuk sekali. Ada pula sepasang wanita tuna wicara yang juga nampak sebagai sepasang kekasih. Pasangan yang terakhir inilah yang mampu membuat Turidho sejenak melupakan rasa bosannya menunggu pagi. Apalagi ternyata salah satu pelayan laki2 Mc Donald juga seorang tuna wicara. Dialog mereka bertiga itulah yang menarik perhatian, bak nonton pertunjukkan drama pantomime layaknya. Dialog dengan bahasa tangan, ternyata universal juga ya bagi kalangan tuna wicara, terbukti sang pelayan bisa nyambung komunikasi dengan kedua pasangan tuna wicara tadi. Bukan hanya Turidho saja yang asyik dengan drama pantomime ini, adegan mereka juga dinikmati oleh Yeni.

Penat duduk di kursi yang nan tidak empuk sama sekali ini, sekitar jam 02:00 Turidho jalan2 keluar mencoba menanyakan perihal lokasi hotel Herritage. Tanya Security stasiun dan juga petugas cleaning service, jawabannya tetap tidak memuaskan. Turidho keluar bangunan stasiun, menyeberang jalan, dan tanya Security hotel besar yang ada di dekat stasiun ini – perlu diketahui bahwa tepat didepan stasiun kereta api ini terdapat 2 hotel besar berbintang yang berdiri saling berdampingan – maka didapat informasinya bahwa hotel Herritage ada dibalik gedung hotel ini. Maka berdasarkan informasi ini, Turidho mencoba mengikuti arah yang ditunjuk Security tsb. Jalan dan jalan, menurun dan menurun, tetap saja tidak nampak bangunan bertanda hotel Herritage. Dengan tanpa hasil Turidho kembali ke stasiun dengan melewati jalan lain mengitari hotel berbintang. Untung ada petugas Security lainnya yang jaga di gate lainnya yang memberi petunjuk, karena jalan yang ditelusuri Turidho untuk kembali ini ternyata akan mengantar Turidho ke tempat parkir hotel!!! Ketika jumpa kembali dengan petugas Security yang tadi memberi petunjuk yang salah, maka dia bawa Turidho ke kantor Security dimana ada beberapa temannya yang bertugas disana. Dan sami mawon.. tak ada satupun dari mereka yang tahu. Turidhopun kembali ke warung Mc Donald dan istirahat, sambil melanjutkan menonton drama pantomim.

Tapi karena rasa penat dan bosan kembali melanda, sekitar jam 02:30 Turidho kembali keluar stasiun  untuk melanjutkan ikhtiar yang tadi belum berhasil. Alhamdulillah di depan stasiun ada taksi yang sedang menunggu penumpang. Turidhopun menanyakan kepadanya dan diapun segera dapat memberi jawaban yang memuaskan. Katanya, hotel Herritage ada di stasiun KA yang lama, dan untuk kesana ongkosnya dengan taksi RM 10. Segera Turidho kembali menemui rombongan dan menyatakan niatnya untuk ke hotel Herritage lebih dahulu dengan Ningsih, dengan niat nanti akan dikabari apakah bisa yang lainnya langsung menyusul kesana ataukah sebaiknya tetap menunggu di Mc Donald saja, komunikasipun akan dilakukan antara HP Ningsih dengan HP Syaiful yang sama2 menggunakan kartu malaisia. Alhasil dengan taksi Ningsih dan Turidho sampai di hotel Herritage, dan seperti yang dibayangkan maka kantor receptionist sudah tutup. Yang ada hanya seorang petugas Security yang memakai baju preman. Setelah kami tunjukan tanda reservasi, sang Security melompati pintu kayu untuk memasuki ruang receptionist dan mencoba mencari kunci kamar. Kunci tidak ditemukan, diapun coba kontak rumah receptionist, hasilnya kami harus tunggu sampai jam 07:00 karena receptionist baru akan ke kantor jam 07:00. Mengetahui bahwa tak ada lagi yang bisa dibantu, maka Security tsb meminta maaf sembari memberi saran bahwa sebaiknya lain kali telpon saja dulu bahwa rombongan akan datang tengah malam, insyaAllah katanya kunci bisa dititipkan di Security.

Teman2 lain ternyata berspekulasi dengan langsung semuanya meninggalkan Mc Donald dan ramai2 muncul di Herritage hotel ini, dengan menumpang taksi yang sama. Karena gagal mendapatkan kunci kamar maka jadilah kembali kami “kleleran” di depan bilik reception. Win memanfaatkan slipping bed Turidho untuk alas berbaring di lantai. Yeni pun tak mau kalah, menemani sang misua dengan tidur disebelahnya dengan beralaskan selendangnya. Syaiful dan Emi tidur di atas sofa yang alasnya empuk, Lumayan dibanding korsi Mc Donald. Ningsih juga tidur meringkuk di atas sofa panjang tsb.

 

“Sinetron” nyata bertajuk “kleleran” di ruang receptionist hotel Herritage KL.

 

Turidho sempat naik ke lantai 2 dengan lift hotel yang antik, mencoba mencari kursi panjang yang empuk yang bisa dipakai rebahan, ternyata tidak ditemukan. Dini hari itu beberapa tamu hotel terlihat ada yang sudah bersiap2 meninggalkan hotel, termasuk rombongan beberapa keluarga asal Palembang. Turidho yang tidak kebagian tempat di depan kantor receptionist pun beranjak meninggalkan hotel menuju ke restoran India yang berada di samping hotel yang malam itu banyak pengunjungnya. Sesekali terdengar teriakan pengunjung gegap gempita, ada apa gerangan…?? Ternyata mereka sedang nonton bareng pertandingan bola antara Manchester United dengan Arsenal, yang dimenangkan dengan adu pinalti oleh MU. Tak berapa lama  Syaiful nongol juga di RM ini.

Terdengar kemudian bacaan2 ayat suci alqur’an yang dikumandangkan dari masjid Negara (State Mosque) yang terletak dekat hotel Herritage, sebagai pertanda waktu subuh hampir tiba. Turidhopun mengajak Syaiful untuk sholat subuh di mesjid Negara ini.

Sesampai di masjid baru terpikir kenapa tidak dari tadi kami istirahat di masjid ini, kan bisa rebah2an menunggu hingga waktu subuh. Usai solat subuh berjamaah, kami berdua pun rebah2an menunggu jam 07:00 tiba. Sayangnya tempat yang kami gunakan untuk rebahan ini ternyata di jalan ibu2 menuju tempat sholat wanita, sehingga kamipun diminta untuk tidak tiduran disana karena konon tadi ada ibu2 yang kaget melihat kami rebah2an disana. Jadilah kami pindah tempat tidur lebih ke samping. Kami pilih tepat di belakang pilar besar supaya agak terrsembunyi.

Menjelang jam 07:00 kamipun bergegas meninggalkan masjid menuju hotel. E..e.. teman2 lenyap semua, ternyata mereka sedang di RM India. Receptionist sudah tiba, cuma mereka sibuk beres2 meja dan ruangan kantor lebih dahulu sebelum mulai melayani kami. Tepat jam 07:00 urusan check in dimulai, dan kami mendapat kamar 225, kamar family room dengan 2 buah bed besar ukuran queen dan satu bed 2 tingkat, lengkap dg TV, indoor bath room, dan AC tentunya. Wah besar sekali kamarnya…. Alhamdulillah.

Siang itu acara ke Bukit Bintang. Win dan Yeni berangkat lebih dahulu, sedang Suyaiful, Emi, Turidho, dan Ningsih, setelah me-lihat2 museum kereta api dan lukisan yang ada di sebelah hotel Herritage,  kemudian baru menyusul dengan taksi. Setelah me-mutar2 dari mall ke mall di Bukit Bintang, termasuk nongkrong di warung kaki lima menyantap durian, sore kami dengan bus menuju ke Maydin Pudu Raya. Win dan Yeni berpisah lagi dengan kami karena konon mereka masih punya keperluan lain di daerah Bukit Bintang ini.

Menikmati durian di Bukit Bintang KL

 

Jumpa Anto yang menemui kami di dekat Maydin dan bersama2nya kami bersantap malam di restaurant dekat hotel Ancasa. Selesai makan, Ningsih dan Emi, bersama Anto dengan taksi kembali ke hotel Herritage, sedang Syaiful dan Turidho jalan kaki menuju hotel melalui Petaling street / China town. Setelah sempat salah jalan, dan ber-tanya2 mana jalan menuju hotel Herritage / stasiun KA KL, akhirnya jalan yang benarpun ditemukan atas jasa seorang laki2 kantoran yang sedang dalam perjalanan ke tempat parkir mobilnya. Ternyata lokasinya dekat, kami tadi berjalan terlalu menganan, seharusnya ambil arah kiri dari daerah China town.

Akan halnya Anto, setelah tidur2an di hotel dia memutuskan pulang ke apartemennya karena ada tugas dan kuliah esok harinya. Ningsih dan Turidho mengantarnya sampai stasiun dan menunggunya sampai dia naik kereta.

 

Hotel Herritage KL dengan kesan kuno yang kental. Lift kayu (gambar paling kiri),

ruang makan (gambar tengah), main entrance (gambar paling kanan).

 

Malam berunding mengenai rencana esok hari, dan diputuskan tidak jadi menginap satu malam di Malaka melainkan terus pulang ke Dumai besok lewat Port Klang. Dan karenanya kamipun tidak jadi nginap di rumah Anto, malam itu juga diinformasikan ke Anto perihal perobahan rencana ini.

 

 

 

Jum’at 23 Mei 2008            

Subuh Turidho kembali sholat berjamaah di masjid Negara. Semuanya kemudian ber-siap2 check out dan menuju Port Klang. Ningsih dan Turidho paling akhir meninggalkan hotel karena mengurus masalah check out  sekaligus meminta pengembalian deposit, serta ambil jatah breakfast. Sedang yang lainnya sudah lebih dahulu meninggalkan hotel, dg janji ketemu di Port Klang.

Selesai semua urusan baru Ningsih dan Turidho meninggalkan hotel menuju ke stasiun KA, dan ternyata karena teman2 ambil jalan memutar untuk menuju loket penjualan karcis maka mereka tertinggal kereta pertama. Sedang kami berdua melewati terowongan bawah rel KA, dan sampai di peron beberapa saat sebelum kereta yang kedua masuk. Jadilah akhirnya Ningsih dan Turidho tanpa diketahui oleh teman2 lainnya, satu kereta dengan mereka. Mereka tidak tahu hal itu karena Ningsih dan Turidho naik gerbong terdepan. Mereka kaget ketika sampai di pelabuhan Port Klang menjumpai Ningish dan Turidho sudah ngantri di depan loket Indomal.

 

Di atas feri Port Klang - Dumai

 

Perjalanan selanjutnya lancar2, dan alhamdulillah sesuai rencana, sesampai di pelabuhan Dumai  dijemput mobil LPT. Dan dengan terlebih dahulu mampir makan sate di kota Dumai maka kamipun sampai di kantor LPT Dumai.

 

Di kantor LPT Dumai dengan senyum merekah, akhir ekspedisi yang bahagia.

 

Dan dengan bus regular CPI jam 16:00 rombongan xpdc Kinabalu menuju ke Duri. XPDC KInabalu 2008 accomplished, alhamdulillah. (torpedo).                             

 

 

 

 

 

 

Ringkasan Rincian Biaya

yang Berkaitan dengan Pesawat Udara, Akomodasi, dan Paket Pendakian

 

Tiket Pesawat:

Kuala LumpurKinabalu AK 5104           MR 109.99

Kinabalu – Kuala Lumpur AK 5121           MR 69.99

 

AKOMODASI:

17 Mei 2008 ; Tune Hotel ; 316 jl Tuanku Rahman 50100 Kuala Lumpur

3 double room @ RM 109.08 (include tax)

1 single room @ RM 91.83 (include tax)

                                    TOTAL 4 kamar RM 419.07

 

18 Mei 2008 ; Tune Hotel ; 1 Borneo Kota Kinabalu

4 double room @ RM 53.39 (include tax)

                                                TOTAL 4 kamar RM 213.56

 

19 Mei 2008 (untuk team pendukung): Peak Lodge, Timpohon HQ

RM 280 untuk 1 unit bungalow dg 2 kamar tidur

 

20 Mei 2008; Winner hotel Jl Pasar Baru Kota Kinabalu; 4 kamar (masing2 double beds):

                                                 RM 65; RM 95; RM 95; RM 110

 

22 Mei 2008 ; Heritage Station hotel Kuala Lumpur; Family Room (2 queen beds + 1 bed susun)

RM 169.05

                                   

 

PAKET PENDAKIAN KINABALU (Sutera Sanctuary Lodge)

Climbing permit RM 100 / orang

Insurance RM 7 / orang

Guide RM 74 / group

Akomodasi non heated room RM 208 / orang, sedang dg heated room RM 228 / orang

Catatan:

Untuk Syaiful, Win, dan Turidho = RM 208 X 3 = RM 624 (Resv. no.360548)

            Untuk Refilaisa, RM 228 X 1 = RM 228 (pembayaran di tempat)

 

WAKTU TEMPUH EFEKTIF

(Tercatat dari Turidho dan Syaiful Amri yang hampir selalu bersamaan sepanjang perjalanan)

 

INTERVAL ANTAR

PONDOK

WAKTU TEMPUH (SAAT NAIK)

INTERVAL ANTAR PONDOK

WAKTU TEMPUH (SAAT TURUN)

KANDIS - UBAH

15’

UBAH - KANDIS

20’

UBAH - LOWII

30’

LOWII - UBAH

27’

LOWII – MEMPENING

45’

MEMPENING - LOWII

33’

MEMPENING – LAYANG2

42’

LAYANG2 - MEMPENING

28’

LAYANG2 - VILLOSA

45’

VILLOSA – LAYANG2

30’

VILOSA - PAKA

23’

PAKA - VILLOSA

12’

PAKA – LABAN RATA

40’

LABAN RATA - PAKA

20’

LABAN RATA – SAYAT2

1:30’

SAYAT2 – LABAN RATA

45’

SAYAT2 – LOW’S PEAK

1:35’

LOW’S PEAK – SAYAT2

48’

 

 

CONTOH SERTIFIKAT PENDAKI

 

 

 

Contoh sertifikat untuk yang sampai Peak, sedangkan yang sampai Laban Rata rest house

sertifikatnya tidak berwarna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar